Minggu, 30 September 2012

Jenis-Jenis Sertifikat Tanah



Pebisnis asing di Indonesia memiliki kepedulian tentang penggunaan lahan dan hak kepemilikan untuk tujuan bisnis. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 mengatur payung hukum mengenai hak atas kepemilikan tanah. Hukum meliputi beberapa hak - terutama mereka yang warga negara Indonesia - yaitu hak kepemilikan (hak milik), bangunan hak atas tanah (Hak Guna Bangunan), budidaya hak atas tanah (hak guna Usaha) dan hak penggunaan (hak pakai).



Dengan munculnya investasi asing dan bisnis di Indonesia, banyak investor asing perlu bangunan atau tanah untuk perusahaan mereka. Seorang investor asing yang ingin menjalankan bisnis mereka di Indonesia dapat memperoleh gedung / kantor atau tanah di bawah hak-hak berikut:




Setifikat Hak Guna Bangunan

Hak untuk membangun dan memiliki struktur pada tanah milik orang lain: Durasi tepat untuk bangunan maksimal 30 tahun, dapat diperpanjang selama 20 tahun (pasal 30 UU No oleh 5 / 1960).Hak ini dapat ditransfer ke orang lain menjual dan mewarisi, yang juga dapat mengamankan pinjaman, sebagai Hak Hipotek.Mereka yang dapat memperoleh hak untuk membangun perbuatan adalah warga negara Indonesia dan badan hukum (seperti perseroan PT / terbatas) yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, baik untuk 100 persen milik asing, joint venture atau 100 persen bahasa Indonesia- dimiliki perusahaan.Investor asing yang menginginkan untuk mendirikan bisnis mereka di Indonesia dapat memiliki bangunan mereka / kantor di bawah sebuah "hak untuk membangun" perbuatan untuk jangka waktu yang ditetapkan.


Sertifikat Hak Guna Usaha

Ini adalah hak guna usaha atas tanah negara untuk pertanian dan usaha pertanian. Durasi maksimal 25 tahun, diperpanjang selama 35 tahun, dan harus terdaftar di Land Daftar di Badan Pertanahan Nasional (Badan Pertanahan Nasional / BPN). Seperti dalam Hak Guna Bangunan, Hak Budidaya dapat mengamankan pinjaman dengan memberikan sertifikat Hak Budidaya kepada pemberi pinjaman.Warga negara Indonesia dapat memiliki hak-hak ini, seperti dapat entitas hukum (seperti PT / perseroan terbatas) yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, baik untuk 100 persen usaha milik asing, sendi atau 100 persen milik Indonesia perusahaan.



Hak Penggunaan (Hak Pakai)

Ini adalah hak untuk menggunakan dan / atau panen dari tanah langsung dimiliki oleh negara (yang diberikan oleh pemerintah yang berwenang akta resmi), atau tanah swasta (berdasarkan kesepakatan dengan pemilik tanah). Hal ini dapat diterapkan untuk lahan untuk digunakan sebagai lokasi bangunan atau untuk tujuan pertanian. Pengalihan hak ini harus memiliki otorisasi pemerintah daerah.



Hak Sewa Bangunan (Hak Sewa)

Seseorang atau badan hukum Indonesia memiliki hak untuk menyewa tanah lain. Hak ini milik warga negara Indonesia, orang asing, dan badan hukum (seperti PT / perseroan terbatas) yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia atau kantor perwakilan dari badan hukum asing. Para leasee dan leaser dapat membuat perjanjian untuk mengaturnya.



Hak Pengelolaan Lahan (HPL)
Dalam pembahasan mengenai HGB, HGU dan Hak Pakai sering ditemui istilah Hak Pengelolaan Laha (HPL), dimana ketiganya sering dilekatkan pada obyek tanah yang berstatus HPL.
Hak Pengelolaan Lahan (HPL) adalah hak yang diperoleh oleh suatu badan usaha terhadap Asset Negara yang dikuasai oleh suatu BUMN, BUMD, maupun Pemerintah Daerah.
Perlu ditegaskan disini, bahwa Hak Pengelolaan Lahan (HPL) bukanlah suatu suatu bentuk kepemilikan, melainkan hak pengelolaan Asset Negara untuk dipergunakan sesuai dengan peraturan zoning dan tata ruang.
Namun demikian pemegang hak kelola (dalam hal ini biasanya developer) dapat membebankan pada tanah tersebut Hak Guna Bangunan (HGB) atau pun Hak Pakai (HP) dan dapat pula mengusulkan pihak-pihak lain (biasanya Pembeli) untuk mendapatkan sebagian hak-hak tersebut, untuk bidang yang telah diperuntukkan bagi orang tersebut.
Biasanya HGB diatas HPL ini mempunyai jangka waktu 30 tahun dan dapat perpanjang lagi selama 20 tahun.HGB di atas tanah HPL ini juga dapat diperbaharui apabila seluruh jangka waktu HGB dan perpanjangannya telah berakhir.


SHSRS (Sertifikat Hak Atas Satuan Rumah Susun)
Adapun SHSRS berhubungan dengan kepemilikan seseorang atas satu unit di hunian vertikal, rumah susun yang dibangun di atas tanah dengan kepemilikan bersama. Hak milik atas satuan rumah susun bersifat perorangan dan terpisah.
Akan tetapi, selain atas kepemilikan atas satuan rumah susun, hak milik satuan rumah susun tersebut juga meliputi hak kepemilikan bersama atau yang disebut sebagai bagian bersama, tanah bersama, dan benda bersama, terpisah dari kepemilikan satu rumah susun. Inilah yang sering disebut sebagai strata title.
Strata title merupakan sistem yang memungkinkan pembagian tanah dan bangunan dalam unit-unit yang disebut satuan, dalam hal ini satuan rumah susun. Secara sederhana, bangunan vertikal untuk perumahan ada tiga jenis, yakni rumah susun, apartemen, dan kondominium. Namun, untuk memudahkan, karena pengaturan undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, digunakan istilah rumah susun untuk mengacu pada bangunan vertikal yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Pengaturan kepemilikan bersama dalam satuan rumah susun digunakan untuk memberi dasar kedudukan atas bench tak bergerak yang menjadi obyek kepemilikan. Bench bersama tersebut, antara lain, taman, tempat parkir, tempat bermain, dan tempat ibadah yang sifatnya terpisah dari struktur bangunan rumah susun. Adapun tanah bersama adalah tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan lain izin bangunan.
Jangka waktu strata title biasanya mengikuti status tanah di mana bangunan rumah susun itu berdiri. Jika status tanahnya masih merupakan HGB, pada akhir masa haknya pemilik sertifikat strata title harus bersama-sama memperpanjang HGB atas tanahnya.
Namun, akan berbeda jika status tanahnya SHM. Perbedaan status tanah ini penting karena hanya warga negara Indonesia (WNI) yang berhak mendapatkan SHM. Jadi, orang asing tak boleh membeli rumah susun atau apartemen jika status tanah di atas bangunan rumah susun atau apartemen tersebut adalah SHM.


Hak Guna Bangunan vs Hak Milik
Hak Guna Bangunan hanya hak untuk menggunakan bangunan untuk suatu periode waktu tertentu, yang kemudian harus diperpanjang. Pemilik Hak Guna Bangunan tanah adalah pemerintah Indonesia. Sementara itu, hanya dengan Hak Milik Anda benar-benar memiliki tanah atau bangunan. Hak Milik tidak perlu diperpanjang.Pembelian Properti (Strata Title, Convertible Lease Agreement atau pembelian tidak langsung)Menurut hukum Indonesia, orang asing tidak dapat memiliki tanah di Indonesia tetapi membeli apartemen atau ruang kantor dimungkinkan melalui suatu perbuatan strata title. Peraturan 1996 (No 41/1996) menyatakan bahwa seorang ekspatriat yang tinggal di Indonesia atau negara kunjungan secara teratur untuk tujuan bisnis dapat membeli rumah, apartemen atau kondominium, asalkan bukan pembangunan pemerintah disubsidi. Judul hanya untuk hak pakai. Pada kenyataannya, peraturan No 41/1996 masih agak tidak jelas dan tidak asing sebenarnya telah dapat menerima strata title sebagai sertifikat kepemilikan. Meskipun kepemilikan secara hukum tidak jelas, orang asing menandatangani perjanjian sewa konversi dengan perusahaan manajemen properti atau tidak langsung dengan menggunakan nama-nama warga negara Indonesia yang mereka memiliki perjanjian terpisah dengan.
Konversi Perjanjian Sewa
Satu cara bagi orang asing untuk melanjutkan dengan pembelian properti, meskipun ambiguitas hukum, adalah untuk menandatangani Perjanjian Sewa Konversi untuk membeli apartemen. Berdasarkan perjanjian forgoing, asing dapat membeli apartemen, tapi judul masih dipegang atas nama pengembang atau perusahaan manajemen properti. Perjanjian sewa untuk jangka waktu tertentu.Menyatakan bahwa Perjanjian Sewa convertible, jika dan ketika undang-undang dan peraturan yang berlaku izin, lessee menjadi pemilik sah dari unit apartemen judul / strata. Baik kecil dan penyewa akan diwajibkan untuk menandatangani akta penjualan dan pembelian dan judul akan ditransfer ke pemilik asing.Jika Anda tertarik untuk membeli kondominium melalui jenis perjanjian, menyelidiki perusahaan manajemen properti secara menyeluruh. Dalam krisis ekonomi saat ini, banyak pengembang menanggung tekanan ekonomi yang serius dan biaya konstruksi pada banyak sifat yang telah ditunda atau dibatalkan.Konsultasikan dengan pengacara terkemuka memastikan bahwa semua implikasi hukum secara menyeluruh tertutup.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Berapa sih biaya sebenarnya untuk pembuatan sertifikat tanah ??

Pertanyaan tersebut sudah sering kali kita dengar karena kebanyakan dari teman maupun sahabat saya yg mengeluh tentang biaya pembuatan sertifikat yang cenderung naik drastis.
Melalui tulisan ini, saya mencoba untuk mendeskripsikan biaya pembuatan sertifikat yang berdasarkan PP No. 13 Tahun 2010 tentang PNBP yang berlaku di Badan Pertanahan Nasional.
Sebelum tahun 2002, biaya-biaya pelayanan pertanahan yang berlaku di instansi Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) termasuk biaya sertifikasi tanah, tersebar dalam berbagai Peraturan dan Keputusan Menteri. Namun sejak tahun 2002, Pemerintah menyatukan dan membaharui semua biaya-biaya pelayanan pertanahan di BPN melalui Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 46 / 2002.

PP Nomor:13 Tahun 2010.
Memasuki tahun 2010, pada bulan Januari 2010, Pemerintah kembali mengatur dan membaharui biaya pelayanan pertanahan dengan menerbitkan PP baru, pengganti PP No. 46 / 2002, yaitu PP No. 13 / 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada BPN.
Adapun biaya-biaya pelayanan pertanahan ( PNBP ) pada BPN, termasuk biaya-biaya yang berkaitan dengan permohonan sertifikasi tanah, dalam PP No. 13 / 2010 secara garis besarnya antara lain terdiri dari :
A. Jenis Pelayanan ( Pasal 1 ).
  1. Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan,
  2. Pelayanan Pemeriksaan Tanah,
  3. Pelayanan Konsolidasi Tanah Swadaya,
  4. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan,
  5. Pelayanan Pendaftaran Tanah,
  6. Pelayanan Informasi Pertanahan,
  7. Pelayanan Lisensi,
  8. Pelayanan Pendidikan,
  9. Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Warga Negara Belanda ( P3MB ),
  10. Pelayanan dibidang pertanahan yang berasal dari kerjasama dengan Pihak lain.


B. Tarif Pelayanan.
Pelayanan Pengukuran (Pasal 4 ayat 1).
  • Luas Tanah sampai 10 Ha (Hektar), Tu = (L/500 × HSBKu) + Rp100. 000,-
  • Luas Tanah diatas 10 Ha s/d 1.000 Ha, Tu = (L/4.000 × HSBKu) + Rp14. 000.000,-
  • Luas Tanah diatas 1.000 Ha, Tu = (L/10.000 × HSBKu) + Rp134.000.000,-

Pelayanan Pemeriksaan Tanah ( Pasal 7 ayat 1 ).
Tpa = (L/500 × HSBKpa) + Rp350.000,-
Pelayanan Pendaftaran Tanah (Pasal 17 ayat 1 dan Lampirannya).
Pendaftaran untuk pertama kali Rp. 50.000,-
Biaya Transportasi, Konsumsi dan Akomodasi (TKA – Pasal 20 ayat 2 ).
Biaya TKA, ditanggung sendiri oleh Pemohon.
Biaya Sertifikasi Tanah.
Berdasarkan point – point tersebut diatas, maka berapa besar biaya sertifikasi tanah yang harus dibayarkan oleh Pemohon dapat dihitung, sebagaimana contoh dibawah ini :

Contoh :
Tuan Imed Badratul berdomisili di DKI Jakarta, baru saja membeli sebidang tanah, dengan status tanah negara, seluas: 300M2, seharga Rp100.000.000,- maka biaya sertifikasi lewat permohonan rutin (permohonan perorangan biasa) untuk tanahnya adalah sebesar :
  • Biaya Pengukuran: Tu=(300/500×Rp80.000) + Rp100.000 = Rp148.000,-
  • Biaya Pemeriksaan Tanah: Tpa=(300/500×Rp67.000) + Rp350.000 = Rp390.000,-
  • Biaya Pendaftaran Tanah untuk pertama kali : Rp50.000,-
Jumlah (Rp148.000 + Rp390.000 + Rp50.000) = Rp588.000,- disetor ke Kantor Pertanahan Kab / Kota setempat).
  • Biaya Transportasi, Konsumsi dan Akomodasi (TKA ) Rp. PM ditanggung langsung oleh Pemohon ( tidak disetor ke Kantor ).
  • BPHTB : NPOP – NPOPTKP = 5 % × NPOPKP.

Rp100.000.000 – Rp60.000.000 = Rp40.000.000 × 5 % = Rp2.000.000,-
BPHTB disetor sendiri oleh Pemohon ke Kas Negara melalui Bank Milik Pemerintah (Bank BUMN).
Keterangan :
Tu = Tarif Ukur.

L = Luas Tanah.

HSBKu = Harga satuan biaya khusus kegiatan Pengukuran yang berlaku untuk tahun berkenaan. HSBKu untuk Tahun 2010 = Rp. 80.000,-

Tpa = Tarif pemeriksaan tanah oleh Panitia A.

HSBKpa = Harga satuan biaya khusus kegiatan Pemeriksanaan Tanah oleh Panitia A. HSBKpa untuk Tahun 2010 = Rp. 67.000,-
NPOP = Nilai Perolehan Objek Pajak.

NPOPKP = Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak.

NPOPTKP = Niali Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak.

BPHTB ( Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan ) sebagaimana diatur dalam UU No. 20 / 2000 jo. UU No. 21 / 1997, adalah bea yang harus dilunasi terlebih dahulu sebelum sertifikat tanahnya diterbitkan.
BPHTB bersifat self assesment, artinya Wajib Pajak ( Pemohon ) menghitung sendiri dan menyetor sendiri BPHTBnya ke Kas Negara melalui Bank – Bank milik Pemerintah.
NPOPTKP khusus untuk DKI Jakarta sebesar Rp.60.000.000, sedangkan untuk daerah lain, besarnya ditetapkan oleh Kanwil DIRJEND Pajak an. Mentari Keuangan RI, berdasarkan usulan dari PEMDA Kab / Kota setempat.
** Transparansi itu memang sebuah keharusan !.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Sabtu, 29 September 2012

Pengertian dan Definisi Server



 
 
 
 
Pada dunia komputer, server berfungsi sebagai perangkat lunak (software) yang dipakai pada suatu perangkat keras (hardware) yang umumnya berupa komputer. Server dapat berfungsi sebagai file server, web server, print server, dan mail server. File server berperan dalam menangani berkas (file) yang dapat diakses oleh client, print server berfungsi sebagai pengontrol printer yang dapat digunakan oleh client, web server berfungsi menangani halaman-halaman web yang dapat diakses oleh browser, sedangkan mail server berfungsi menangani surat elektronik.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Minggu, 23 September 2012

Gunung Padang, Situs Prasejarah Terbesar?

situs gunung padang
 Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang menduga ada lapisan budaya baru yang beraktivitas di punden berundak yang berasal dari masa Megalitik. Dugaan ini muncul setelah Tim Arkeologi menemukan sisa pembakaran yang berasal dari 500 SM di situs itu.

Para pakar mendapati temuan menarik dari hasil ekskavasi di sebelah selatan teras 5, yang menjadi puncak punden berundak Gunung Padang. Terlihat adanya lapisan tanah yang menghitam di kedalaman 66 cm.

"Dari atas hingga kedalaman sekitar 60 cm itu tanah merah. Kemudian ditemukan lapisan tanah yang berwarna hitam di kedalaman 66 cm," kata Koordinator Tim Arkeologi, Ali Akbar, saat berdiskusi dengan VIVAnews.

Di lapisan tanah ini didapati sisa-sisa pembakaran, yang memperlihatkan adanya aktivitas manusia. Tim kemudian mengambil sampel lapisan tanah yang berwarna hitam itu, dan melakukan carbon dating.

"Diduga ada aktivitas manusia di kedalaman 66 cm, yang usianya 2.450 BP (Before Present) atau sekitar 500 SM," kata Ali.

Meski begitu, Tim Arkeologi masih belum bisa menjelaskan apa persisnya aktivitas manusia itu. Juga, belum diketahui korelasi antara temuan sisa pembakaran dengan fungsi punden berundak Gunung Padang, yang untuk saat ini masih diyakini para arkeolog merupakan tempat pemujaan.

Selain itu, dari ekskavasi di sebelah selatan teras 5, Tim juga menemukan berbagai batuan, seperti urukan. Tim menduga itu hasil urukan oleh manusia. Meski begitu, apa tujuannya, belum diketahui.

"Dugaan sementara kami, ini hanya untuk menyeimbangkan bangunan. Karena orientasi Gunung Padang ini menghadap Gunung Gede, jadi agak miring dari kontur tanahnya," Ali melanjutkan.

Situs multi-komponen

Temuan ini kembali memperkuat dugaan Gunung Padang sebagai multi-component site, atau situs yang digunakan oleh lebih dari satu kebudayaan. Sebelumnya, dari hasil pengeboran yang dilakukan Tim Geologi, diperkirakan pernah ada dua lapisan kebudayaan di Gunung Padang.

Yang pertama, hasil carbon dating di teras 3 memperlihatkan indikasi ada aktivitas kebudayaan yang berasal dari 4.700 SM. Kedua, dari hasil carbon dating di teras 5, pada kedalaman 8  hingga 10 meter, hasilnya menunjukkan dari 10.000 SM.

Ali Akbar menjelaskan adanya berbagai lapisan budaya merupakan hal yang biasa ditemukan dalam penelitian arkeologi. Sebagai contoh, Ali mencontohkan temuan adanya lapisan budaya saat pembuatan terowongan menuju Terminal Transjakarta di depan Stasiun Kota, Jakarta.

"Di lapisan atas ada aspal, kemudian ada bekas jalanan lain yang lebih tua. Di bawahnya ada bekas rel trem yang pernah beroperasi. Kemudian di bawahnya, ada lagi struktur bangunan yang diduga benteng Kota Batavia," ujar dosen arkeologi Universitas Indonesia ini.

Dari sudut pandang arkeologi, Ali mengaku Tim masih belum bisa membuktikan bahwa usia 10.000 SM itu sebagai lapisan budaya atau lapisan geografi. "Arkeologi baru bisa membicarakan apa yang ada di atas, apa yang terlihat, belum bicara apa yang ada di lapisan bawah," ucapnya.

Meski begitu, dari sudut pandang geologi, usia 10.000 SM di kedalaman 8-10 meter terbilang muda. Sebab, jika Gunung Padang terbentuk secara alamiah, situs ini bisa berusia jutaan tahun.

Berdasarkan perbandingan struktur bangunan Gunung Padang dengan temuan megalitik lain--seperti di Pasir Angin, Lebak Cibadak, atau Pugung Raharjo--sebagian besar arkeolog percaya Gunung Padang berasal dari periode Megalitik antara 2.500 SM hingga 1.500 SM.

Prasejarah termegah

Secara garis besar, Ali Akbar mengatakan penelitian ini berhasil menarik kesimpulan bahwa punden berundak Gunung Padang adalah sebuah bangunan yang megah dan luas. Jika sebelumnya area situs Gunung Padang diperkirakan hanya sebatas dari tangga bawah hingga lima teras di atasnya, penelitian ini memperlihatkan bahwa Gunung Padang merupakan sebuah bangunan besar yang dikelilingi terasering. Luasnya mencapai hampir 15 hektar dengan tinggi sekitar 100 meter. Ini sama dengan 10 kali luas Borobudur.

Teknologi pembuatan teraseringnya pun terbilang maju, karena dapat mencegah longsornya bangunan. Menariknya, terasering yang ada di Gunung Padang serupa dengan Machu Picchu. Ini tentu istimewa, sebab Machu Picchu dibangun bangsa Inca sekitar abad 15 Masehi, sedangkan Gunung Padang diperkirakan dibangun pada periode Megalitik di masa prasejarah.

Ali mengatakan Gunung Padang bahkan berpotensi menjadi bangunan prasejarah terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, di sebagian besar situs megalitik di wilayah lain, terutama Eropa, umumnya hanya terdiri dari temuan-temuan yang terpisah. Temuan menhir atau sarkofagus biasanya tersebar di suatu kompleks besar, tapi tidak berada dalam satu bangunan.

Sedangkan di Gunung Padang, semua merupakan satu unit kompleks bangunan. Di dalamnya juga ditemukan berbagai menhir dan teras, yang diduga para ahli digunakan untuk tempat pemujaan.

"Prospek ini menjadi bangunan prasejarah terbesar di dunia, sangatlah besar. Ada yang memperkirakan situs ini bisa berasal dari 500 SM. Tapi, menurut perkiraan kami, Gunung Padang berasal dari usia yang lebih tua," ucapnya.

sumber : viva news
BACA SELENGKAPNYA »»  

Jumat, 21 September 2012

JEJAK RAJA AIRLANGGA DI BHUMI LAMONGAN

Tulisan ini sebuah ringkasan, dari rintisan penulis untuk menguraikan jejak-jejak kuno baik berupa prasasti dan juga situs-situs candi yang masih terpendam di bumi Lamongan.  Semoga bisa memberikan manfaat bagi seluruh Masyarakat Lamongan khususnya dan semua pihak secara umum.
“Lamongan menyimpan data yang luar biasa mengenai Prabu Airlangga. Airlangga itu raja besar malah lebih besar dari Hayam Wuruk. Dari disertasi saya saja sudah 7 artikel saya buat tentang Airlangga, yang paling lengkap ingin saya sampaikan di Lamongan supaya orang Lamongan bisa bangga dengan leluhurnya”, Dr. Ninie Soesanti arkeolog UI.
Demikian ungkapan Dr. Ninie Soesanti seorang arkeolog UI yang pernah meneliti beberapa prasasti Airlangga di Lamongan. Ungkapan ini disampaikan melalui email saat saya berkomunikasi tentang transkrip beberapa prasasti Airlangga di Lamongan.
prasasti batu
Dari sepintas ungkapan di atas dan didukung dengan fakta arkeologis dilapangan, maka judul tulisan diatas nampaknya tidak berlebihan. Lamongan memang menyimpan banyak data berkaitan dengan masa pemerintahan kerajaan Prabu Airlangga, terutama berupa tulisan diatas batu atau yang biasa disebut dengan prasasti batu. Dari data sementara yang terkumpul paling tidak terdapat 41 prasasti batu yang sebagian besar diperkirakan berasal dari zaman sebelum munculnya Kerajaan Majapahit, namun demikian belum pernah ditemukan adanya keterangan prasasti pada era singasari. Beberapa prasasti seperti prasasti pamwatan (Pamotan), prasasti Pasar Legi (Sendang Rejo, dulunya satu Desa), prasasti Puncakwangi, Prasasti Wotan (Slahar Wotan), dan lainnya jelas teridentifikasi sebagai prasasti-prasasti yang di keluarkan oleh Prabu Airlangga.
Disamping prasasti-prasasti yang tersebut diatas masih banyak jajaran prasasti lainnya yang belum teridentifikasi secara pasti mengenai tahun dikeluarkannya prasasti dan juga kandungan isi dari prasasti tersebut. Yang perlu disayangkan adalah akibat dari kurangnya perhatian berbagai pihak, banyak dari prasasti-prasasti tersebut dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena terkesan tidak ada kepedulian baik dari pihak yang berwenang maupun masyarakat secara umum. Kondisi ini menyebabkan banyak prasasti yang makin rusak bahkan kemudian banyak juga yang hilang dicuri, dirusak orang atau tengelam/terkubur.
Menurut hasil-hasil penelitian para arkeolog sebagian besar prasasti Airlangga banyak ditemukan disekitar Jombang dan Lamongan, membujur dari sekitar Ploso ditepian sungai Brantas, Sambeng, Ngimbang, Modo, dan Babat sekitar Bengawan Solo. Berdasar dari data faktual berupa prasasti tersebut maka tidak heran jika banyak ahli sejarah yang menyimpulkan bahwa pusat kekuasaan Raja Airlangga diperkirakan berada di sekitar Ngimbang. Jika pendapat ini benar maka bisa dipastikan bahwa Lamongan merupakan daerah yang penting semasa Pemerintahan Kerajaan Airlangga. Tidak dapat dinafikan pula bahwa wilayah Lamongan menjadi sentral dalam upaya mengungkap dan mempelajari sejarah kerajaan Airlangga.
Airlangga adalah penerus wangsa isana di jawa timur yang lolos dari bencana pralaya yang meluluh lantakkan istana Mataram kuno masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Peristiwa serangan mendadak yang dilancarkan oleh Raja Wurawari ini terjadi tepat pada saat pesta perkawinan antara Airlangga dan putri Raja Dharmawangsa Teguh sedang berlangsung. Serangan ini banyak menewaskan para pembesar Istana termasuk Raja Dharmawangsa Teguh juga meninggal dalam serangan tersebut dan dicandikan di Wwatan.
Airlangga, yang datang ke Mataram untuk dinikahkan dengan anak Dharmawangsa teguh, adalah anak dari Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni, saudara perempuan Dharmawangsa Teguh, dengan Udayana, seorang Raja dari wangsa Warmmadewa Bali. Saat pesta perkawinan berlangsung peristiwa pralaya terjadi ( 1016 M)[1] , Airlangga yang pada saat itu baru berumur 16 tahun mampu menyelamatkan diri dari pralaya, bersama seorang hambanya yang setia, Narottama. Airlangga menjalani kehidupan di hutan lereng gunung dan berkumpul dengan para pertapa dan pendeta. Kehidupan Airlangga dihutan bersama dengan pertapa dan pendeta nampaknya banyak memberikan pelajaran dalam perjalanannya kemudian saat menjadi Raja. Sejak inilah perjuangan Airlangga dimulai. Sebagai jelmaan dewa Wisnu (saksatiranwisnumurtti) Airlangga membangun tahta dari puing-puing kehancuran kerajaannya.
Setelah melewati masa persembunyian dengan kalangan pertapa, Airlangga didatangi oleh utusan para pendeta dari ketiga Aliran (Siwa, Buda, dan Mahabrahmana) yang menyampaikan permintaan supaya ia menjadi pemimpin di kerajaan yang istananya telah hancur tersebut. Tahun 1019 Airlangga dengan direstui para pendeta dari ketiga Aliran (Siwa, Buda, dan Mahabrahmana). Dia berhasil naik tahta dengan bergelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmmawangsa Airlangga Anantawikrama Utunggadewa dikukuhkan di Halu (ikanang halu kapratisthan sri maharaja) selanjutnya Airlangga membuat arca perwujudan leluhurnya yang telah dicandikan di Isanabajra (Sang lumah ring Isanabajra), penobatannya dikukuhkan pada sasalanchana abdi vadane (bulan lautan muka = 941 Saka/1019 M).
Periode awal pemerintahan Airlangga dipenuhi dengan peperangan dan penaklukan negara-negara bawahan yang pernah menjadi bagian dari pemerintahan kerajaan Dharmawangsa Teguh. Pada tahun 943 Saka (1021) Raja Airlangga telah memberi anugerah ‘sima’ kepada penduduk Desa Cane yang masuk wilayah tinghal pinghay, karena mereka terlah berjasa menjadi “benteng” disebelah barat kerajaan, senantiasa memperlihatkan ketulusan hatinya mempersembahkan bakti kepada raja, tiada gentar mempertaruhkan jiwa raganya dalam peperangan, agar sri maharaja memperoleh kemenangan.[2]
Prasasti Pucangan memberitakan bahwa antara tahun 1029 – 1037 Airlangga menaklukan Wuratan (1030 M) dengan rajanya bernama Wisnuprabhawa terkenal sangat kuat (atisayeng mahabala), pada tahun sama menyerang raja Panuda dari Wengker (pangharpharpan mwang haji wengker). Tahun 1032, haji Wura Wari yang memporandakan kraton Dharmmawangsa Teguh, menaklukan juga seorang ratu wanita (?) yang konon sangat gagah seperti raksasi. Berita ini khusus dimuat pada bagian berbahasa Sansekerta. Prasasti (tembaga) Terep (1032) menerangkan kraton Airlangga di Wwatan Mas diserang musuh (?) sehingga Airlangga harus menyingkir ke Patakan (ri kala sri maharaja kalataya sangke wwatan mas mara i patakan).
Setelah melewati berbagai peperangan, penaklukan, dan konsolidasi diawal hingga pertengahan masa pemerintahannya. Peringatan kemenangan kemudian dikukuhkan di dalam prasasti Turun Hyang A (1036) dan menganugerahkan penghargaan daerah sima kepada penduduk desa Turun Hyang karena jasa-jasanya dalam pembiayaan dan pengelolaan pertapaan Sriwijayasrama dan pertapaan-pertapaan lainnya di gunung Pugawat (matang ya siddhaken prajnanira madamel yasa patapaning pucangan) seperti disebut dalam prasasti Pucangan.
Patakan; Ibukota Sementara Dalam Pelarian Sang Raja
Periode antara tahun 951 saka (1029 M) sampai dengan tahun 959 saka (1037 M) adalah periode penaklukan yang dilakukan oleh Raja Airlangga terhadap musuh-musuhnya baik yang berada wilayah barat, timur, dan selatan.  Berita pada prasasti pucangan memberikan keterangan tentang penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh raja Airlangga atas musuh-musuhnya tersebut.
Namun demikian diantara tahun-tahun tersebut bukan berarti istana Airlangga telah aman dari serangan musuh, kesuksesan dalam penaklukan wilayah sekitar ternyata juga diselingi dengan kekalahan bahkan pelarian. Peristiwa kekalahan yang dialami Airlangga, sehingga ia terpaksa harus meninggalkan keratonnya di Wwtan Mas dan melarikan diri dari istananya menuju ke Desa Patakan, diterangkan dalam prasasti Terep tahun 954 Saka (21 Oktober 1032 M) “sri maharaja katalayah sangke wwatan mas mara i patakan”, namun siapa musuh yang menyerangnya tidak jelas disebutkan. Para ahli sejarah menduga bahwa yang melakukan serangan ini adalah Raja Wurawari, artinya Raja Wurawari mendahului penyerangan terhadap ibukota kerajaan Airlangga sebelum kemudian Airlangga membalas serangan tersebut dan menghancurkan kerajaan Wurawari.
Dalam prasasti terep dikatakan bahwa raja telah memberikan anugerah kepada Rakai Pangkaja Dyah Tumambong, adik raja sendiri, karena telah berjasa pada waktu Raja Airlangga harus menyingkir dari Wwatan Mas ke Desa Patakan. Di Desa Terep Rakai Pangkaja bersembunyi didalam suatu pertapaan, dan disitu ia menemukan arca Bhatari Durga. Maka ia berdo’a dan memohon kepada sang batari agar raja memperoleh kemenangan dalam peperangan. Ia berjanji jika permohonan itu terkabul ia akan mohon agar Desa Terep, tempat pertapaan itu, ditetapkan menjadi sima. Maka kini setelah raja dapat mengalahkan musuhnya itu, dan kembali bertahta diatas singgasana permata, Rakai Pangkaja Dyah Tumambong Mapanji Tumanggala menghadap raja dan mengajukan permohonanya. Maka dikabulkanlah permohonan itu, yaitu ditetapkannya pertapaan tempat pemujaan betari sebagai daerah swatantra, termasuk sawahnya, kebunnya, dan sungainya, dan ditambah lagi dengan anugerah gelar halu. Maka selanjutnya ia bergelar Rake Halu Dyah Tumambong[3].
Peristiwa kekalahan dan pelarian raja Airlangga dari istana Wwatan Mas menuju desa Patakan terjadi pada tahun yang sama dengan penaklukan yang dilakukan Raja Airlangga terhadap Raja Wurawari. Jika perkirakan diatas benar, bahwa Raja Wurawari melakukan serangan terlebih dahulu dan berhasil memaksa Raja Airlangga untuk menyingkir ke Desa patakan. Maka dapat dipastikan bahwa serangan balik terhadap Raja Wurawari di persiapkan oleh Raja Airlangga dari istana sementara.
Berangkat dari istana sementara di Desa Patakan Raja dengan diiringi oleh rakryan Kanuruhan Mpu Narottama dan Rakryan Kuningan Mpu Niti berhasil menyerbu Raja Wurawari dari arah Magehan (Magetan?). serangan ini berhasil melumpuhkan pertahanan Raja Wurawari dan mengalahkannya, maka lenyaplah semua perusuh di tanah Jawa.
Keberadaan Desa Patakan sebagai pusat pemerintahan sementara juga dikuatkan dengan adanya Prasasti Sendangrejo Kecamatan Ngimbang (dulu bernama Desa Pasar Legi Kecamatan Sambeng) 965 Saka atau 1043 M, yang memuat tentang penghargaan/anugerah  terhadap penduduk Desa Patakan, sayang prasasti ini rusak pada bagian sambandhanya sehingga tidak bisa terbaca secara jelas lagi. Sangat mungkin pemberian anugerah ini berhubungan dengan pertolongan dan darma bakti penduduk patakan terhadap Raja Airlangga pada saat melarikan diri ke desa tersebut.
Disamping keterangan dari Prasasti Terep dan Prasasti Sendangrejo, Prasasti Patakan sendiri juga memuat anugerah Raja kepada rakyat Desa Patakan. Patakan adalah suatu daerah yang pernah dijadikan sima karena punya kewajiban memelihara bangunan suci Sang Hyang Patahunan, sayang belum ada terjemahan yang cukup mengenai prasasti ini, isi prasasti sebetulnya lengkap tetapi prasasti pecah berantakan. JLA Brandes pernah membaca walaupun tidak lengkap. Prasasti tersebut sekarang ada di Museum Nasional dengan nomor D22.
Mengapa Airlangga memilih Desa Patakan sebagai tempat untuk melarikan diri dan memindahkan kekuasaanya untuk sementara?. Pemilihan Desa Patakan sebagai tempat bagi Raja Airlangga untuk melarikan diri sebenarnya bukanlah sebuah kebetulan semata, namun merupakan sebuah perencanaan matang yang didasari oleh posisi strategis Desa Patakan yang berada di bagian puncak dari perbukitan gunung kendeng yang membujur kearah barat, disamping jaminan keamanan dan kesetiaan yang bakal diterima oleh Raja Airlangga dari penduduk Desa Patakan.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Raja Airlangga dinobatkan sebagai Raja dengan restu para pemuka agama dari tiga aliran yang berkembang pada saat itu. Artinya Raja Airlangga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan berbagai tokoh dan pemuka agama dari berbagai aliran tersebut. Di Desa Patakan, sebagaimana isi dari prasasti Patakan, tedapat bangunan peribadatan Sang Hyang Patahunan, yang berarti terdapat seorang pendeta yang sudah demikian dekat dengan Raja Airlangga yang dengan segenap daya dan pengikutnya tentu akan melindungi sang raja dari segala gangguan musuh. Jaminan keamanan ini sangatlah penting dalam situasi saat pelarian yang sangat beresiko jika saja sang Raja salah dalam memilih lokasi pelarian.
Tidak heran jika kemudian Raja Airlangga meneguhkan ulang status Sima bagi Desa Patakan untuk yang kedua kalinya dalam Prasasti Sendangrejo (1043 M) yang juga merupakan prasasti terakhir yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga sebelum kerajaan di belah menjadi dua bagian Jenggala dan Pangjalu.
Jejak mengenai tempat peribadatan atau candi di Desa Patakan ini masih terlihat hingga sekarang dan dalam keadaan yang memprihatinkan (penulis pernah mendatangi lokasi candi ini), sayangnya hingga sekarang belum ada perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan dan juga belum ada penelitian dari kalangan Arkeolog. Namun jika melihat jejak-jejak yang ada pada lokasi disekitar bekas reruntuhan candi tersebut, masih ada situs-situs yang lain yang belum dapat penulis identifikasi bentuk bangunannya satu persatu, sangat mungkin keseluruhan dari bagian situs ini merupakan sebuah kompleks bangunan (petirtaan atau bahkan istana) yang bersanding dengan sebuah bangunan candi.
Pamotan; Kota Dahanapura Pangjalu Sebelum Kediri
Raja Airlangga (1016-1042 M) memerintah di Jawa Timur sejak 1021 sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Pusat kerajaan Airlangga berpindah-pindah karena diserang oleh musuh. Setelah peristiwa pralaya yang menghancurkan istana Wwatan milik Dharmawangsa Teguh, Airlangga yang bersembunyi di hutan lereng gunung kembali merebut istana Wwatan, menurut prasasti Cane (1021 M)[4] Airlangga kemudian membangun istana Wwatan Mas. Prasasti Terep (1032 M) menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan karena serangan musuh. Setelah airlangga berhasil menaklukan Raja Wurawari pada tahun 954 Saka (1032 M), rupanya Raja Airlangga tidak kembali lagi ke Istana Wwatan Mas, namun ia justru meninggalkan istana Wwatan Mas dan membangun istana/ibukota baru di Kahuripan. Berita ini termuat dalam prasasti Kamalagyan 1037 M, yang berbunyi “makateweka pandri sri maharaja makadatwan i kahuripan”.

lokasi Prasasti Pamwatan yang hilang

Lalu sejak kapan airlangga memindahkan ibukota kerajaannya ke Dahana(pura)?. Nama Dahana(pura) termuat dalam uraian Serat Calon Arang sebagai ibukota kerajaan Airlangga, namun dalam uraian serat tersebut tidak disebutkan dimana letak kota Dahana(pura) juga tidak di Kediri ataupun di Lamongan.
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam bagian atas prasasti Pamwatan (Pamotan) yang dikeluarkan Airlangga tahun 964 Saka atau tepatnya 19 Desember 1042 Masehi yang merupakan prasasti akhir dari pemerintahan Raja Airlangga. Hal ini tentu sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Dahana(pura). Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).

[1] Prasasti pucangan
[2] OJO LVIII.  Dalam prasasti ini juga disebutkan nama-nama penduduk desa yang mendapatkan anugerah sima itu, sampai mencapai jumlah….orang.
[3] SNI II, edisi 84 hal 180
[4] Brandes-Krom, OJO LVIII hlm,125; cri maharaja ri maniratna singhasana makadatwan  ri Wwatan mas, dalam slamet mulyana tafsir sejarah negara kertagama hal 17. Lkis 2008.

sumber:  http://chandikolo.wordpress.com
BACA SELENGKAPNYA »»  

Sejarah Gajah Mada Wajib Direvisi




Historyografi (Penulisan Sejarah) suatu bangsa merupakan kewajiban dari bangsa itu sendiri. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya. Ilmu sejarah itu dinamis, tidak statis.

Meskipun kedinamisan dalam ilmu sejarah itu lamban, dan bisa berubah apabila ditemukan bukti-bukti baru yang akurat. Tentu harus dengan kaidah Historyografi, yaitu : ilmiah – berdasarkan fakta bukan spekulasi, jujur tidak ada yang ditutupi dan netral terlepas dari kepentingan politik/agama tertentu.

Untuk menulis sejarah tidak bisa hanya dengan membaca buku-buku status quo, itu berarti merupakan pengulangan/saduran saja. Juga tidak cukup dengan kajian tesis sejarah dikampus dan seminar, tapi wajib riset di lapangan, observasi mencari situs tersembunyi, ekskavasi situs, dan bila perlu melakukan forensik.

Historyografi merupakan ilmu yang mulia. Bagi orang-orang beriman, bahkan Tuhan pun menulis sejarah dalam kitab-kitab suci melalui Nabi-Nabi Nya, yaitu Zabur, Taurat, Injil dan Al Quran. Sehingga, penulisan sejarah tokoh-tokoh yang tidak disukai orang banyak pun harus ditulis secara akurat.

Tuhan menjadikan Namrud, Qarun, Firaun dan lainnya sebagai monumen sejarah, agar menjadi pelajaran bagi manusia. Sejarah itu logis dan bisa dibuktikan keasliannya.

Sejak JLA Brandes, NJ Krom, dan JH Kern dari tahun 1902-1920 menulis sejarah bangsa kita, tentang Majapahit dan Sriwijaya secara sudut pandang Barat (Modern), banyak sejarahwan menulis puluhan buku tentang Majapahit. Namun tak ada satu pun yang berhasil mengungkap jatidiri tokoh besar Majapahit, Mahapatih Gajah Mada.

Sungguh aneh dan miris! Karena begitu besarnya nama Gajah Mada, tapi tidak diketahui asal usulnya? Sehingga meimbulkan spekulasi beberapa daerah yang mengklaim Gajah Mada berasal dari daerah mereka, tanpa di dasari oleh fakta yang akurat.

Gajah Mada berasal dari Desa Mada

Hal ini berbeda dengan folklore Mada (cerita rakyat Modo – Lamongan) yang telah berabad-abad lamanya diwariskan secara turun temurun, dengan detail menjelaskan jati diri Gajah Mada alias Jaka Mada (nama beliau saat masih kecil, diasuh oleh petinggi desa Mada sejak bayi, dilahirkan dari rahim Dewi Andong Sari-selir Raden Wijaya- ditengah hutan Cancing, Ngimbang).

Ketika kanak-kanak, Gajah Mada menjadi pengembala kerbau di desanya, bersama teman-temannya, ia sering melihat iring-iringan tentara Majapahit yang gagah-gagah sehingga timbul keinginan untuk menjadi prajurit Majapahit. Sekian ratus tahun folklor itu terpendam, dan baru budayawan Lamongan Viddy Ad Daery yang berani mengungkap dan mengangkat hal itu di forum nasional maupun Internasional, meski dengan resiko dikritik dan dicaci-maki oleh orang-orang yang picik visinya.

Perlu diketahui bahwa folklore Mada (Lamongan) terkait dengan folklor Badander (Jombang). Badander adalah desa kuno yang disebut oleh manuskrip kitab-kitab kuno sebagai tempat Gajah Mada menyembunyikan Prabu Jayanegara dari kejaran tentara pemberontak Ra Kuti. Desa Mada (Modo) dan desa Badander merupakan basis Gajah Mada (banyak teman masa kecilnya), dan letaknya tidak terlalu jauh dari ibukota Majapahit – Trowulan.

Ketika menginjak usia remaja, Jaka Mada diajak oleh kakek angkatnya yang bernama Ki Gede Sidowayah ke Songgoriti, Malang. Dari Malang itulah Jaka Mada meniti karier sebagai prajurit Majapahit, yang kelak beliau dikenal dengan nama Gajah Mada (Orang besar dari desa Mada). Berdasarkan folklore ini diduga Gajah Mada memang berasal dari desas Mada (Modo), Lamongan-Jawa Timur.

Namun folklore ini masih harus diperkuat dengan fakta akurat lainnya, tidak cukup hanya didukung oleh situs berupa Makam Ibunda Gajah Mada – Dewi Andong Sari.

Baru-baru ini tim riset Yamasta yang terdiri dari Viddy Ad Daery, Sufyan Al Jawi, dan Drs. Mat Rais telah menemukan fakta-fakta awal seputar asal usul Gajah Mada (baca berita Kompas.com = Budayawan Temukan Situs Makam Kerabat Gajah Mada). Pencantuman nama para peneliti merupakan tanggung jawab ilmiah, bukan cari popularitas ! Karena apabila hasil riset tersebut ternyata keliru, maka tim yang bersangkutan harus bertanggung jawab secara moril dengan pers rilis dan penelitian ulang.

Meluruskan Penulisan Sejarah

Sebagai arkeolog dan numismatis, sejak 1994 saya terbiasa meriset / menelaah sejarah dengan metode : Asli atau Palsu, untuk membedakan mana yang jurnal (catatan) sejarah, mana yang opini sejarah, dan mana yang sekedar mitos (dongeng). Komitmen kami yang bertajuk : Gajah Mada Bangkit Nusantara Berjaya, merupakan tanggung jawab besar. Maka niat lurus, kejujuran, netralitas dan akurasi fakta menjadi kewajiban kami.

Metode riset kami tidak hanya membahas sastra berupa manuskrip kuno dan folklore saja. Bukan sekedar bongkar pasang benang merah benda purbakala ! Tapi dilengkapi dengan metode forensik fisik, baik itu terhadap benda purbakala, maupun terhadap sisa-sisa jenazah (bila ditemukan) untuk memastikan usia kematian, dan rekontruksi wajah dari tokoh tersebut. Mirip seperti riset terhadap Mummy Firaun. Dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Selama ini buku-buku sejarah status quo banyak menyembunyikan fakta, hingga pengaburan tokoh-tokoh pelaku sejarah besar bangsa ini. Historyografi yang akurat justru menimbulkan dampak buruk bagi anak bangsa.

Misalnya : Peristiwa Perang Bubat, yang dieksploitasi oleh sejarawan kolonial Belanda memicu ketidak sukaan Suku Sunda terhadap Suku Jawa hingga hari ini. Begitu pula Peristiwa penyatuan Nusantara, yang dipelintir menjadi agresi Suku Jawa terhadap Suku-suku lain, padahal tidak ada satu negeripun yang dijajah oleh Majapahit.

Dan peristiwa Islamnya penduduk Majapahit yang dipelintir menjadi ‘pengkhianatan’ Walisongo terhadap Majapahit memicu ketidak sukaan kaum kejawen (kolot) terhadap ajaran Islam. Padahal sesungguhnya kaum kejawen ini ya Islam juga, tapi merupakan tinggalan “Islam Purba” zaman Nabi Sis, Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim sewaktu mereka di Nusantara ( teori dari Kelompok Ilmuwan Turangga Seta ). Maka,Nabi  Muhammad Rasulullah memang menyatakan diri “diutus menyempurnakan Islam”, bukan bikin agama baru!!!

Ironisnya buku sejarah yang tidak netral ini terus menerus di produksi dan mudah di jumpai di toko buku, perpustakaan, bahkan menjadi buku pengajaran di sekolah dan kampus. Sehingga dapat melahirkan generasi sinisme dan pemuja perpecahan. Maka wajar jika saat ini Nusantara terpuruk ! Tolong pikirkan, siapa yang berkeinginan agar bangsa asli pribumi Nusantara terpecah belah dan terpuruk terus menerus ???? Anehnya banyak orang yang menikmati dan tidak rela bila buku sejarah status quo direvisi, padahal buku sejarah bukanlah kitab suci!

Coba kita perhatikan fakta-fakta berikut ini:

Celengan kuno, berbentuk patung kepala terbuat dari tembikar yang dulu populer dibuat,  diperjualbelikan oleh penduduk Majapahit sebagai tabungan koin cash tembaga (koin Cina), kemudian hari oleh sejarawan diklaim sebagai potret / gambaran wajah Gajah Mada ?
Lukisan rekayasa Gajah Mada oleh Moh. Yamin yang mirip dengan wajah beliau. Lalu timbul spekulasi bahwa Gajah Mada berasal dari Minangkabau?

Karena ditemukannya beberapa Prasasti di aliran Sungai Berantas yang menyebut nama Gajah Mada, maka ada spekulasi bahwa Gajah Mada lahir di Malang. Padahal pencatuman nama pejabat pada Prasasti merupakan hal yang wajar. Seperti Prasasti Tugu yang mencantumkan nama Raja Tarumanegara, bukan berarti sang Prabu lahir di Tugu Cilincing Jakarta Utara ? Lagi pula tidak ada folklore Malang yang berkaitan dengan Gajah Mada.

Bahkan ada spekulasi radikal dari Bali (Kitab Usana Jawa) yang menyatakan bahwa Gajah Mada lahir dari buah kelapa yang pecah. Mirip dongeng Sun Go Kong (kera sakti) yang lahir dari batu.

Untuk mematahkan riset dan ingin membungkam sejarah, ada pihak yang ngotot bila Gajah Mada bukan dari desa Mada dan telah dibakar menjadi abu. Katanya Gajah Mada telah dicandikan (mana ada Sudra dicandikan ?), Mungkin maksud mereka adalah candi yang diresmikan oleh Gajah Mada ? Toh ketika Gayatri Rajapatni wafat, beliau yang notabene beragama Budha, di Hindukan oleh masyarakat Majapahit lewat pembuatan patung dan dicandikan. Kalaupun ternyata hasil riset membuktikan bahwa Gajah Mada telah jadi abu, tidak ada kerugian apapun bagi tim riset.

Menemukan Situs Purbakala yang Belum Terungkap

Tim Riset Yamasta berhasil menemukan situs-situs purbakala yang belum terungkap, seperti :

1. Situs Makam kerabat Gajah Mada di desa Modo

2. Situs Sendang dan tempat mandi Gajah Mada di desa Modo

3. Situs Prasasti Gondang di Sugio, Prasasti zaman Airlangga yang ditulis dengan huruf Arab Pegon (Jawi) dan huruf Jawa Kuno (Kawi). Sebelas tahn yang lalu, tulisan masih bisa terbaca. Karena terbengkalai, kena sinar Matahari dan hujan, maka tulisan menjadi hilang. Namun secara samar-samar bisa terlihat tulisannya saat terkena blitz cahaya tertentu.

4. Situs dusun Lukman Hakim (Lukrejo) di Kalitengah, Lamongan. Sebuah dusun yang disebut dalam Ying Yai Sheng Lan karya Ma Huan terbit 1416-1433. Dusun (kota baru ?) letaknya dekat dengan Bengawan Solo, aliran Bengawan Jero (Sungai Purbakala). Dusun ini memiliki pertahanan Parit Andalusia (Parit air yang mengitari dusun, lebarnya 8-10 m, dibentengi dengan pagar hidup pohon bambu). Pintu keluar masuk hanya satu, 3 (tiga) pos jaga, dibangun dan dihuni oleh 3 (tiga) golongan, yaitu : Muslim Jawa, Cina suku Tang Muslim dan Hindu Budha Jawa.

5. Situs Bawanmati di Pringgoboyo, lokasi tambangan kapal-kapal asing dan Bea Cukai Majapahit (No.1-5 berada di Lamongan).

6. Situs Pagar Banon di desa Badander, Jombang.

Semua situs tersebut diduga merupakan benang merah asal usul Gajah Mada yang harus diungkapa secara ilmiah dengan teliti dan hati-hati. Apapun hasil riset yang ditemukan, masih harus diuji dan dipresentasikan dengan lapang dada. Ojo dumeh (jangan mentang-mentang). (SF)

*)Arkeolog di Numismatik Indonesia   Sumber : Kompas.com
BACA SELENGKAPNYA »»  

LATAR BELAKANG SEJARAH KABUPATEN LAMONGAN.

Kesejarahan Kabupaten Lamongan dibanding dengan beberapa wilayah Kabupaten Lainnya di Jawa Timur, nama Lamongan seolah tenggelam dalam khasanah kesejarahan yang beredar di masyarakat Indonesia pada umum. Beberapa daerah kabupaten lain di sekitar Lamongan mungkin sangat dikenal oleh banyak orang dari aspek kesejarahan wilayahnya, kita ambil contoh Mojokerto dengan kerajaan Majapahit-nya, Kabupaten Tuban dengan sejarah adipati Ranggalawe-nya yang juga terkenal pada era pemerintahan kerajaan Majapahit. Sejarah tidak banyak mencatat tentang keberadaan Kabupaten/wilayah Lamongan segamblang Kadipaten atau Kerajaan Tuban terlebih bila dibandingkan dengan Majapahit.
Berikut ini merupakan sekilas penggalan sejarah Kabupaten Lamongan yang telah berhasil dihimpun oleh Pemerintah Daerah Lamongan dan juga beberapa sumber lain yang saling menguatkan terhadap kesejarahan tersebut.
I. Kurun Pra-Sejarah
Wilayah kabupaten Lamongan sebenarnya sudah dihuni oleh manusia semenjak jaman sebelum masehi, hal ini berdasarkan temuan benda-benda kuno berupa kapak corang, candrasa, dan gelang-gelang (perhiasan) kuno di sekitar Desa Mantup Kecamatan Mantup. Beberapa penemuan lain berupa Nekara dari perunggu yang ditemukan di Desa Kradenanrejo Kecamatan Kedungpring. Benda-benda tersebut menurut periodesasi prasejarah termasuk dalam masa perundagian di Indonesia yang berkembang semenjak lebih kurang 300 SM.
Bukti-bukti lain yang memperkuat bahwa wilayah Lamongan telah dihuni manusia pada prasejarah ialah ditemukannya kerangka manusia, dan manik-manik kaca, lempengan emas, kalung-kalung emas, benda-benda besi, gerabah, tulang binatang dan lain-lain juga di Desa Kradenanrejo Kecamatan Kedungpring. Sistem penguburan dengan menggunakan nekara sebagai wadah jasad manusia dan benda-benda milik si mati, berlaku pada masa perundagian. Kapak corong dan candrasa saat ini disimpan di Museum Mpu Tantular Surabaya di bawah no.4437 dan 4438, begitu juga dengan nekara.
II. Masa Perkembangan Hindu
Pengaruh agama dan kebudayaan hindu di wilayah Lamongan agaknya cukup luas, hal ini terbukti dengan ditemukannya arca dan lingga -yoni. Arca yang ditemukan di wilayah Lamongan sebanyak 7 buah, tersebar di wilayah kecamatan Lamongan, Paciran, Modo, Sambeng, dan Kembangbahu. Sedangkan lingga dan yoni ditemukan di 3 wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Ngimbang, Kembangbahu dan Sugio.
Hingga sekarang belum dapat dipastikan sejak kapan pengaruh agama dan kebudayaan hindu tersebut mulai masuk dalam kehidupan masyarakat di wilayah Lamongan, namun munculnya nama wilayah ini dalam panggung sejarah majapahit hingga arti penting wilayah ini bagi kerajaan majapahit adalah pada akhir abad XIV. Peranan wilayah Lamongan dalam Pemerintahan Majapahit ini dapat diketahui dengan ditemukannya 43 buah prasasti peninggalan Majapahit di wilayah Lamongan.
Menilik dari sebaran prasasti yang ada di wilayah Lamongan, dapat dipastikan bahwa eksistensi masyarakat Lamongan dalam bidang politik dan keagamaan disamping merata, juga kuat. Sebaran prasasti itu terdapat di wilayah-wilayah kecamatan meliputi Kecamatan Lamongan sebanyak 2 buah, Mantup 2 buah, Modo 7 buah, Ngimbang 8 buah, Sambeng 9 buah, Bluluk 6 buah, Sugio 2 buah, Deket 1 buah, Turi 1 buah, Sukodadi 1 buah, Babat 1 Buah, Brondong 1 buah, Paciran 2 buah.
Dari 43 buah prasasti tersebut, 39 buah diguris di atas batu dan 4 lainya diguris diatas lempengan tembaga, yang dikenal dengan Pasasti Biluluk I,II,III, dan IV yang saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan kode E.97 a-d. Prasasti ini berasal dari zaman Raja Hayam Wuruk (1350-1389) dan Wikramawhardana (1389-1429). Prasasti tersebut ditulis dalam huruf jawa kuno dan telah di transkrip oleh Dr. Callenfels dalam OV.1917,1918, dan 1919. H.M Yamin memuat kembali transkrip itu dengan sari terjemahannya kedalam bahasa Indonesia dalam bukunya Tata Negara Majapahit Parwa II . Museum Nasional menyalin kembali dalam buku Prasasti Koleksi Museum Nasional I, dan Pigeaud membahasnya secara mendalam pada bab tersendiri dalam bukunya Java in the 14th Century.
Dari banyaknya prasasti yang ditemukan, diperoleh petunjuk yang kuat bahwa wilayah lamongan merupakan wilayah yang cukup berarti bagi pemerintahan kerajaan majapahit, secara kebudayaan dan agama. Petunjuk lain kyang dapat diperoleh ialah bahwa perhubungan antara pusat wilayah kerajaan dengan wilayah Lamongan sudah cukup ramai.
Prasasti biluluk I-IV yang berangka tahun 1288 – 1317 Saka atau tahun 1366-1395 M merupakan suarat atau titah raja yang diturunkan dan tujukan kepada kepada keluarga kerajaan yang memerintah di biluluk dan Tanggulunan.
Isi prasasti itu antara lain;
  1. Orang biluluk diberi wewenang untuk menimba air garam pada saat upacara pemujaan sekali setahun, sebagaimana yang telah mereka miliki sejak dulu asal tidak diperdagangkan. Apabila diperdagangkan akan dikenakan cukai.
  2. Rakyat biluluk dan tanggulunan memperoleh perlindungan dan restu raja, sehingga siapa saja yang merugikan mereka akan terkena supata atau kutukan yakni akan menderita kecelakaan, seperti antara lain; apabila mereka berada dipadang tegalan akan digigit ular berbisa, apabila masuk hutan akan diterkam harimau, apabila masuk rumah akan diselubungi dan dimakan api, dimana saja akan sengsara, celaka dan mati.
  3. Memberi kebebasan kepada rakyat biluluk untuk melakukan berbagai pekerjaan seperti ; berdagang , membuat arak, memotong, mencuci, mewarna, memutar (menurut pigeaud, membuat tepung, gula aren, atau tebu), dan membakar kapur tanpa dipungut pajak.
  4. Status daerah perdikan biluluk dan tanggulunan ditingkatkan dari daerah shima menjjadi daerah swatantra, sebagai daerah swatantra atau otonom dan rakyat yang dicintai oleh raja, mereka bebas dari kewajiban membayar upeti dan memberi jamuan makan seerta bekal kepada para petugas kerajaan yang sedang lewat atau singgah. Mereka juga dibebaskan membayar berbagai macam cukai, seperti perkawinan, dukun bayi, pembakaran jenazah, upacara kematian (nyadran), angkutan, pendirian rumah, pertunjukan, penitipan barang dagangan berupa cabai kemukus, kapulaga, besi, kuali besi, pinggan rotan dan kapas.
  5. Petunjuk bahwa daerah bluluk dan tanggulunan diberi status swatantra, agar tidak dikuasai oleh sang katrini (pejabat tinggi negara), melainkan mempunyai kekuasaan terhadap tukang dan pegawai dengan hak-hak pengaturan perekonomian, keamanan dan ketentraman.
  6. Kegiatan perekonomian diwilayah kerajaan majapahit umumnya di biluluk dan tanggulunan khususnya sangat penting artinya bagi negara dan penduduk sendiri. Komoditi perdagangan dari biluluk yang menonjol adalah; garam gula kelapa atau aren, dan daging dendeng. Dendeng pada masa itu tergolong makanan mewah dan komoditas dagangan yang mahal. Bagi rakyat biluluk sendiri, perdagangan dendeng sangat menguntungkan. Usaha yang juga berkembang di biluluk ialah pencelupan atau pewarnaan kain, penggilingan beras atau tepung, dan bahan-bahan makanan dari tepung umbi atau kentang.
  7. Setiap tahun diselenggarakan keramaian atau pasar tahunan yang berfungsi sebagai promosi berbagai macam barang dagangan.
Menelaah prasasti Biluluk dan memperhatikan persebaran banda peninggalan purbakala di wilayah lamongan sekarang, kata biluluk secara pasti dapat diidentifikasi dengan Bluluk sekarang. Kata tangulunan agaknya tidak lain adalah Tenggulun yang sekarang menjadi sebuah desa diwilayah Kecamatan Paciran berbatasan dengan Kecamatan Laren. Desa ini dalam buku Sejarah Brigade Ronggolawe disebut sebagai desa trenggulunan. Sedangkan kata pepadang agaknya tidak berada dalam wilayah Lamongan, mungkin sekarang Desa Padang di wilayah kecamatan Trucuk, Bojonegoro, yakni sebuah desa di tepian bengawan solo sebelah barat kota Bojonegoro atau mungkin Kecmatan Padangan dekat kota Cepu sekarang.
Dengan demikian wilayah Lamongan pada waktu itu terbagi kedalam dua daerah swatantra atau daerah otonom, yaitu Bluluk dibagian selatan dan barat dan Tanggulunan dibagian utara dan timur wilayah Lamongan sekarang. Tentang adanya wilayah kekuasaan lebih dari satu di Lamongan, juga diperoleh informasi dari de Graaf dan Pigeaud, bahwa pada tahun 1541 dan 1542 Demak mengalahkan para penguasa di Lamongan (zouden de heersers Lamongan).
Tentang hubungan prasasti tersebut dengan Majapahit disebutkan dalam prasasti Biluluk I, yaitu “makanguni kang adapur ing majapahit, siwihos kuneng yan hanang rubuhakna wangsyaningon kang biluluk, kang tanggulunan amangguha papa,…..”, artinya “pertama sekali kepada dapur majapahit, tetapi sekiranya ada yang merugikan rakyatku di Biluluk dan Tanggulunan, maka mereka itu akan menderita kecelakaan……” Kata adapur menurut pigeaud adalah kelompok pembuat garam. Kelompok pembuat garam ini di Majapahit mendapat pujian dan penghargaan. Dengan demikian wilayah Bluluk dan Tanggulunan langsung atau tidak langsung berada dalam kekuasaan Majapahit.
Dari isi prasasti juga dapat dimengerti kedudukan Lamongan terhadap Mjapahit, yakni Lamongan termasuk kategori daerah yang strategis dalam politik Majapahit, karena daerah ini merupakan jalur penting menuju dunia luar dengan Tuban (Sedayu) sebagai Pelabuhan utama. Karena pentingnya itu, maka daerah-daerah tersebut diberi hak otonomi yang luas dengan hak-hak istimewa yang menyangkut kewenangan mengatur perangkat pemerintahan, masyarakat, perpajakan, dan perekonomian atau perdagangan. Disamping itu kedua daerah otonom itu memperoleh perlindungan yang memadai dari pemerintahan kerajaan Majapahit. Untuk memantapkan kekuasaan penguasa dan rakyatnya, maka kedua daerah tersebut dipercayakan dan dikuasakan kepada paman raja hayam wuruk sendiri yang bernama Sri Paduka Bathara Parameswara.
Dalam hubunganya dengan kegiatan perekonomian dan perdagangan, Lamongan (Biluluk dan Tanggulunan) agaknya menempati posisi cukup penting, karena jalur utama antara pusat kerajaan Majapahit dengan palabuhan dagang Tuban harus lewat daerah ini. Jalur perdagangan itu diperkirakan melalui Mojokerto ke utara lewat Kemlagi, terus ke pamotan – Wateswinangun-Lamongrejo- Ngimbang- Bluluk- Modo-Babat-Pucuk-Pringgoboyo-Laren-terus ke Tuban. Dari Tanggulunan ke pusat kerajaan agaknya juga lewat pringoboyo dengan terlebih dahulu menyusuri Bengawan solo.
Desa Pringgoboyo, berdasarkan temuan batu bata kuno, diperkirakan sudah menjadi tempat yang ramai dan menjadi pos penjagaan kerajaan baik untuk kepentingan keamanan pusat kerajaan, maupun untuk kepentingan perbendaharaan kerajaan, yakni tempat memeungut cukai barang dagangan yang melewati jalur tersebut (bengawan solo).
Daerah Biluluk dan Tanggulunan diatas merupakan daearah penghasil daging yang dikeringkan (dendeng) dan juga Kerajinan tangan, disamping komoditi ekspor garam, gula aren dan merica.
Dalam hubunganya dengan kepercayaan keagamaan, berdasarkan temuan arca-arca syiwa yang tersebar di wilayah Lamongan, kiranya kebanyakan masyarakat Lamongan waktu itu beragama hindu aliran syiwa. Betapa agama ini telah demikian dalam dan luas pengaruhnya kedalam kehidupan dan budaya masyarakat Lamongan, dapat dilihat misalnya bentuk bangunan gapura yang berbentuk candi bentar dikompleks masjid sendang dhuwur. Kompleks masjid dan makam dengan gapura tersebut didirikan disuatu bukit yang disebut gunung Amintuno (Gunung pembakaran).
Tentang pengaruh agama budha di Lamongan agaknya juga ada. Sekalipun tidak ada bukti peninggalan sejarah seperti arca budha dan lainya, tetapi dari penuturan orang-orang tua didesa-desa bahwa agama orang zaman dulu itu agama budha dan zamanya bukan zaman hindu, melainkan zaman kabudhan. Kecuali yang sudah pernah bersekolah dan belajar sejarah, umumnya mereka tidak pernah menyebut-nyebut agama Hindu atau Zaman Hindu.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Rabu, 19 September 2012

NABI MUHAMMAD SAW DIHINA : BEREAKSI ATAU BIARKAN SAJA??



Setelah Geert Wilders, Sergey Aslanyan, Jasmine, Terry Jhons dan masih banyak lagi, kini muncul lagi Sam Bacile dengan video penghinaan pada Nabi Muhammad SAW berjudul “Innocence of Muslims.” Reaksi kemarahan umat Islam sedunia sudah ditunjukkan di berbagai negara yang meluas menjadi isu politik global. Di samping gemuruh sikap protes itu, sikap pro kontra pun muncul. Yang menarik adalah di kalangan intern umat Islam sendiri: perlukah bereaksi keras seperti itu? Atau cukup diamkan saja? Toh hinaan-hinaan dan pelecehan itu akan berhenti dengan sendirinya? Bukankah bila disikapi dengan diam tak terpancing, kaum Muslim akan lebih simpatik dan mulia? Di kalangan Muslim, muncul sikap-sikap dan pandangan yang mencontoh kemuliaan Nabi SAW: biarkan saja, sabar, tawakal, lebih baik do’akan, tidak perlu reaktif, tak perlu emosional, jangan ikut-ikut terpancing, balas dengan film lagi, dll.

Sikap dan pandangan seperti itu menggoda saya untuk berefleksi lebih jauh: Benarkah sikap seperti itu? Ketika Nabi Muhammad SAW yang dihormati, dimuliakan dan diagungkan dihina, mana sebenarnya sikap yang lebih baik? Bereaksi atau biarkan saja??

Sikap-sikap ‘mulia’ itu semua pada kasus penghinaan Nabi Muhammad SAW, seperti baik dan benar, padahal sebenarnya pemahaman yang salah.

Pertama, diam adalah tanda kelemahan, mending kalau hanya sikap diri, ngajak orang untuk diam, lebih lemah lagi karena berarti menularkan kelemahan pada banyak orang. Sudah banyak orang tahu, sabar itu bukan diam, tapi berusaha maksimal merubah diri dan situasi. Sabar bila salah konteksnya akan salah kaprah.

Kedua, Nabi SAW menyatakan, “idza ra-a minkum munkaran falyughayirhu biyadihi, wa inlam yastati’ fa bilisanihi, wa inlam yastati’ fa bi qalbihi, fahuwa ad’aaful ‘iiman” (HR. Muslim). Bila terjadi kemungkaran diantara kalian cegahlah dengan tangan (perbuatan), –ada yang menafsirkan kekuasaan pemerintah– kalau tidak sanggup dengan lisan (ucapan), bila juga tidak sanggup, cukup membenci dalam hati, tapi itu “adh’aful iman” (selemah-lemahnya iman). Apakah penghinaan pada Nabi termasuk kemunkaran? Bukan lagi kemunkaran itu adalah permusuhan karena dilakukan oleh non-Muslim. Muslim tidak dibenarkan memusuhi orang lain, tapi bila dimusuhi tidak boleh lemah. Muslim tidak dibenarkan menyerang (kecuali dalam perang), tapi bila diserang tidak boleh mundur.

Ketiga, untuk melitigimasi sikap diam, sabar dan tak perlu bereaksi, banyak dikutip kisah-kisah kemuliaan akhlak Nabi SAW. Salah satunya, ada kisah ketika Nabi ketika sedang berkumpul dengan para sahabatnya di Masjid Nabawi, tiba-tiba seorang Badui gurun datang dan langsung masuk masjid dan mengikatkan kuda di salah satu tiang masjid. Si Badui turun dari kuda tanpa melepas terompahnya dan bertanya: “Saya mencari Muhammad”. Melihat ulah si Badui, Umar bin Khattab marah dan meminta izin untuk menghajar si Badui, tapi dilarang oleh Nabi SAW. Kemudian, si Badui menuju ke salah satu sudut masjid dan kencing disitu. Umar makin marah dan meminta izin untuk memenggal leher si Badui. Lagi-lagi, Nabi kita yang mulia melarangnya. Selesai buang air kecil, si Badui mendatangi kumpulan Nabi dan bertanya; “Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad?” Nabi berdiri dan menjawab: “Sayalah Muhammad, Rasulullah. Ada apa?”Jawaban yang santun dari Nabi ternyata membuat Badui tidak hanya tertegun, karena pikirnya Nabi Muhammad akan marah. Melihat sikap lembut Nabi, si Badui yang merupakan kepala rombongan dari kelompoknya itu, langsung menyatakan: “Asyhadu alla ilaha illallah, Muhammad Rasulullah” yang kemudian diikuti oleh rombongan Badui. Setelah itu, Nabi bertanya kepada Umar: “Andai saja tadi kamu saya izinkan memenggal kepalanya, apa yang akan terjadi?” Umar diam, dan justru para sahabat itu disuruh membersihkan bekas buang air kecil si badui.

Kita lihat dalam kisah itu, Nabi, Umar dan para sahabat tidak ada yang diam, semuanya bereaksi. Hanya reaksinya dibawah dikontrol Nabi. Mengapa Nabi membiarkan? Karena Nabi sudah membaca, untuk orang keras seperti si Badui, metodenya harus dengan kelembutan, dia akan luluh hatinya dan terbukti benar. Nabi mencegah Umar bukan menyalahkannya, tapi menerapkan metode Nabi yang lebih tepat. Bayangkan, bila saat si Baduy masuk masjid dengan tidak sopan dan kencing, lalu para sahabat hanya diam saja. Pasti Nabi akan memarahi mereka. “Mana pembelaan kalian pada agama dan Nabimu?” Kemarahan sahabat adalah pembelaan, kecintaan dan aset Nabi, tapi Nabi memenejnya dengan sempurna dan semua sahabat taat.

Keempat, kita harus membedakan antara “kesadaran pada diri” dan “kesadaran pada orang lain.” Substansi kedua ini jauh berbeda dan memiliki dampak salah kaprah yang luas. Contohnya begini. Nabi SAW dihina, sikapnya mulia: sabar, tawakkal dan mendo’akan. Kita pun bila dihina, harus berusaha mencontoh Nabi, bersikap mulia seperti itu. Tapi, sikap kita pada Nabi yang dihina, jangan seperti Nabi menyikapi dirinya. Kita umatnya, jangan menggunakan kesadaran Nabi untuk dirinya, gunakanlah kesadaran kita pada Nabi yaitu membelanya dengan penuh rasa cinta. Maka, diam, sabar dan tawakkal saat Nabi dihina dan dilecehkan adalah salah kaprah. Sabar dan tawakkal itu bila hinaannya untuk kita. Perbedaan dua kesadaran ini jarang disadari oleh kebanyakan orang. “Kesadaran pada diri” jangan diterapkan atau diproyeksikan pada orang lain. Akan salah kaprah. Sabar dan tawakkal jangan menjadi sikap kita saat hinaan itu datang pada Nabi, orang tua atau guru kita. Sabar dan tawakkal itu bila hinaan pada diri kita, sebagaimana Nabi pada dirinya.

Di sisi lain, diam, sabar, membalas dengan kebaikan, tak perlu reaktif, tidak emosional, mendo’akan dll saat Nabi Muhammad SAW dihina, itu kualitas diri Nabi. Nabi harus begitu, masa Nabi pemarah dan pendendam? Nabi diberi kemampuan dan kualitas akhlak seperti itu karena ia teladan umat. Kita? Seperti dijelaskan di atas, salah kalau harus seperti Nabi karena kita bukan nabi dan kualitas kita tidak seperti Nabi. Yang tepat adalah Nabi bersikap mulia, kita membelanya sesanggup mungkin. Bila kita memuliakan diri seperti Nabi –dan tak akan pernah bisa– ya salah dan bisa celaka. Bayangkan, ibu kita dihina orang di depan kita, ibu kita sabar dan tidak marah. Kita sebagai anaknya, ikut seperti ibu, diam dan tak bereaksi apa-apa mendengar hinaan pada ibu. Itu bukan anak yang baik, tapi anak tak tahu diri. Walaupun mungkin ibu tidak suka reaksi kita, bagi anaknya, menghajar si penghina lebih mulia daripada bersikap seperti ibu. Itu menunjukkan sikap pembelaan dan kecintaan. Begitulah seharusnya semangat anak pada ibunya. Itu pada orang tua, pada Nabi harus lebih dari itu karena Nabi sendiri menyatakan, “Tidak beriman seorang di antara kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya sendiri, anaknya sendiri dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kelima, yang bahaya adalah, kita tidak memiliki semangat pembelaan pada Nabi SAW dengan berlindung dibalik kisah-kisah kemuliaan Nabi. Sikap begitu, bukan mulia, tapi tergolong pengecut dan sebagai kelemahan iman, apalagi menghadapi para penghina Nabi dewasa ini yang sudah sangat keterlaluan.

Jadi, yang normal, wajar dan benar sebagai umat adalah kita bereaksi dengan semangat dan melawan sebisa mungkin menunjukkan pembelaan pada Nabi tercinta. Minimal dengan sikap, ucapan atau tulisan yang menunjukkan kekesalan dan kemarahan kita. Tujuannya, untuk menunjukkan kekuatan dan memberi pelajaran bahwa umat Islam bukan umat yang lemah dan mudah dipermainkan. Dengan begitu, makna keberimanan dan makna sebagai “umat Nabi” akan terasa. Agama adalah persoalan makna bukan semata-mata rasional. Kalau hanya diam, tidak tersentuh dan terpanggil untuk ikut bereaksi, bahayanya bisa termasuk “qalbun mayit” (hati yang mati). Jadi, pada penghinaan-penghinaan Nabi SAW, umat Islam harus bereaksi dan tujukkan sikap yang wajar dan proporsional. Yang harus digarisbawahi adalah jangan destruktif, merusak benda yang ada di sekeliling, apalagi mengorbankan orang yang tak berdosa.[] Wallahu a’lam!!
BACA SELENGKAPNYA »»  

Kamis, 13 September 2012

hakikat kesabaran

KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Takwa adalah anugerah yang paling agung setelah hidayah iman yang telah dimasukkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala ke dalam kalbu.
Dengan bersyukur yang sebenarbenarnya, Allah Subhanahu Wata’ala akan meningkatkan kenikmatan yang agung itu, insya Allah. Dia hujamkan keimanan ke dalam hati kita dan mengangkat tinggi derajat ketakwaan kita. Amin, Allahumma, amin…
Hadirin Rahimakumullah!
Jika keimanan itu laksana burung, maka jiwa kita akan terbang menuju ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala dengan dua sayap yang kokoh, yaitu sayap syukur dan sayap sabar.
Hakikat sabar adalah teguh dan kokoh mempertahankan jiwa untuk selalu berada pada ketentuan syari’at Allah, dengan tetap menjalankan ketaatan dan menahan diri dari larangan serta berlapang dada pada setiap ketentuan ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Maka orang yang bersabar akan senantiasa teguh dan selalu menambah kekuatan tenaga jasmani dan rohaninya untuk meningkatkan amal ketaatan, terus mengokohkan dan menambah tekun amal ibadah dan amal shalih mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).
Mereka juga bersabar di dalam menahan penderitaan dengan tetap melaksanakan ketaatan, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala amat memuji dan menyanjung mereka.
Dengan bersabar, seseorang akan menyadari dan ridha bah-kan cinta terhadap ketentuan ujian penderitaan yang telah ditak-dirkan oleh Allah pada dirinya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedi-kit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155).
Bagaimana tidak, padahal orang-orang kafir, orang-orang musyrik dan orang-orang atheis mampu bertahan dengan penderitaan-penderitaan yang menimpa mereka, maka orang beriman pasti lebih kokoh, tahan dan ridha, bahkan cinta pada ketentuan takdir itu, kemudian dengan kekuatan jiwa dan imannya, orang-orang yang beriman mencari kebaikan di dunia dan di akhirat dari penderitaan itu dengan beristirja` hanya kepada Allah. Istirja` maksudnya, meyakini, mengakui, menyadari sepenuhnya serta menye-rahkan segenap kebaikan urusannya hanya kepada Allah, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan membalasnya dengan yang lebih indah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.” (Al-Baqarah: 155 – 156).
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Itulah hakikat kesabaran yang intinya adalah teguh bertahan sekokoh-kokohnya dalam memperkuat jiwa, kemudian memperjuangkan segenap kemampuan jiwanya itu dalam menempuh keridhaan Allah, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya dalam kondisi apa pun.
Kesabaran yang demikian itulah yang disediakan bagi penyandangnya berbagai kemuliaan, keagungan, ketinggian derajat, kekuasaan, bahkan berbagai balasan yang dijanjikan oleh Allah dalam Firman-firmanNya,
Mari kita simak beberapa pujian dan balasan yang disediakan dan diberikan kepada orang-orang yang bersabar, yang kita kutip dari Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
1. Allah akan mengantarkannya menuju kepada keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).
2. Pahala orang-orang yang bersabar akan dilipatgandakan dengan hitungan yang tanpa batas. Sebagaimana yang diperkuat oleh Firman Allah :
قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَاحَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah ke-pada Rabbmu.’Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mem-peroleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (Az-Zumar: 10).
3. Mencapai kejayaan dan kepemimpinan, sebab tanpa kesabaran, cita-cita yang sudah di depan mata dan sedikit lagi akan tergapai menjadi sirna dan hilang. Cobalah perhatikan pemimpin-pemimpin besar dunia, mereka adalah orang-orang yang gigih memperjuangkan cita-citanya, di samping senjata utama yang tidak pernah lekang dari mereka yaitu kesabaran menghadapi berbagai rintangan yang menghadang mereka.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajadah: 24).
4. Dengan kesabaran, kekuatan akan selalu bersanding ber-samanya, kemenangan akan selalu hadir di hadapannya, dan pertolongan Allah akan selalu menyertainya. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46).
5. Kesabaran merupakan perisai kokoh dan tangguh, yang dapat digunakan menangkal berbagai makar yang diluncurkan musuh, bahkan dengan kesabaran itu, makar-makar musuh akan menjadi lemah dan tak mempunyai daya serang yang berarti.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةُُ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةُُ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطُُ
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit-pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120).
6. Sebagai penghormatan yang sangat istimewa bagi para penyabar. Dikarenakan ketangguhan mereka di dalam bersabar, maka para malaikat menyambut dan mengucapkan salam kepada mereka.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“(Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23 – 24).
7. Menjadi golongan yang dicintai Allah merupakan cita-cita dan tujuan seorang mukmin, maka dengan kesabaran, kecintaan Allah Subhanahu Wata’ala dengan sendirinya tersandang kepadanya.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَآأَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan berapa banyak nabi yang berperang, bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146).
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang akan diperoleh oleh seorang penyabar, yang tidak memungkinkan bagi khatib untuk menyebutkan satu persatu dan merincinya dengan detil pada khutbah ini, tapi di antara keutamaan-keutamaan itu adalah mencapai puncak derajat tertinggi dan kebaikan yang paling agung di dunia maupun akhirat, mendapat kejayaan dan keberuntungan, jauh dari kerugian dan penyesalan, diistimewakan oleh Allah bersama para dermawan yang penuh cinta kasih, dan dimasukkan ke dalam golongan Kanan (أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ), serta dapat memperkuat sendi-sendi keislamannya dengan kesabarannya tersebut.
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Itulah berbagai kemuliaan, keutamaan yang dikaruniakan, pahala yang tiada terhitung, kemudian ampunan dan surga yang pasti akan diperoleh orang-orang yang bersabar.
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.
“Tidaklah menimpa seorang Muslim dari keletihan atau penyakit, kecemasan, kesedihan, penderitaan, tidak pula duka cita, sampai pada duri yang menusuknya, kecuali Allah meleburkan dengannya dari dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari: 5641 – 5642; Muslim: 2573).
Bahkan Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam meriwayatkan satu hadits Qudsi yang beliau riwayatkan dari Sang Maha Penyabar, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
إذا ابْتَلَيْتُ عَبْدِيْ بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ.
“Bila Aku menguji hambaKu dengan kedua kekasihnya (matanya) kemudian bersabar, maka Aku ganti baginya dengan surga.” (HR. al-Bukhari : 5653).
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Itulah keutamaan kesabaran, maka marilah kita memohon taufik dan inayahNya, semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua se-bagai hambaNya yang penyabar.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Hadirin Rahimakumullah!
Kesabaran adalah kebahagiaan hidup yang sesungguhnya, beberapa orang sahabat radiyallahu ‘anhum datang memohon sesuatu kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam, beliau memberinya, maka mereka datang memohon lagi, Rasul Sallallahu ‘Alahi Wasallam memberi lagi, kemudian mereka datang lagi, beliau Sallallahu ‘Alahi Wasallam memberi lagi, sampai akhirnya beliau kehabisan sesuatu untuk diberikan kepadanya, kemudian beliau Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
مَا يَكُوْنُ عِنْدِيْ مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ الله ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ الله ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ.
“Tidak ada suatu benda berharga pun yang aku sembunyikan dari kalian semua, maka siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya. Siapa yang mencukupkan diri (dari meminta-minta), maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang menyabar-kan dirinya, maka Allah akan menjadikannya bersabar. Dan tidaklah seseorang mendapat karunia yang lebih baik dan lebih luas melebihi dari kesabaran.” (HR. al-Bukhari-Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri).
Kesabaran itulah perhiasan akhlak yang harus kita mohonkan kepada Allah, Sayyidina Umar radiyallahu ‘anhu berkata :
وَجَدْنَا خَيْرَ عَيْشِنَا بِالصَّبْرِ.
“Kita temukan sebaik-baik kehidupan kita adalah dengan kesabaran.”
Maka marilah kita memohon tambahan kokohnya kesabaran itu dengan menambah ilmu tentang keutamaan kesabaran dan menambah kokohnya iman kita tentang sifat, anugerah dan janji-janji Allah serta kehidupan dan balasan di akhirat kelak.
وَاصْبِرْ وَمَاصَبْرُكَ إِلاَّبِاللهِ وَلاَتَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَتَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ . إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“Bersabarlah (hai Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 127-128).
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
BACA SELENGKAPNYA »»  

hakikat kesabaran

KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Takwa adalah anugerah yang paling agung setelah hidayah iman yang telah dimasukkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala ke dalam kalbu.
Dengan bersyukur yang sebenarbenarnya, Allah Subhanahu Wata’ala akan meningkatkan kenikmatan yang agung itu, insya Allah. Dia hujamkan keimanan ke dalam hati kita dan mengangkat tinggi derajat ketakwaan kita. Amin, Allahumma, amin…
Hadirin Rahimakumullah!
Jika keimanan itu laksana burung, maka jiwa kita akan terbang menuju ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala dengan dua sayap yang kokoh, yaitu sayap syukur dan sayap sabar.
Hakikat sabar adalah teguh dan kokoh mempertahankan jiwa untuk selalu berada pada ketentuan syari’at Allah, dengan tetap menjalankan ketaatan dan menahan diri dari larangan serta berlapang dada pada setiap ketentuan ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Maka orang yang bersabar akan senantiasa teguh dan selalu menambah kekuatan tenaga jasmani dan rohaninya untuk meningkatkan amal ketaatan, terus mengokohkan dan menambah tekun amal ibadah dan amal shalih mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).
Mereka juga bersabar di dalam menahan penderitaan dengan tetap melaksanakan ketaatan, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala amat memuji dan menyanjung mereka.
Dengan bersabar, seseorang akan menyadari dan ridha bah-kan cinta terhadap ketentuan ujian penderitaan yang telah ditak-dirkan oleh Allah pada dirinya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedi-kit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155).
Bagaimana tidak, padahal orang-orang kafir, orang-orang musyrik dan orang-orang atheis mampu bertahan dengan penderitaan-penderitaan yang menimpa mereka, maka orang beriman pasti lebih kokoh, tahan dan ridha, bahkan cinta pada ketentuan takdir itu, kemudian dengan kekuatan jiwa dan imannya, orang-orang yang beriman mencari kebaikan di dunia dan di akhirat dari penderitaan itu dengan beristirja` hanya kepada Allah. Istirja` maksudnya, meyakini, mengakui, menyadari sepenuhnya serta menye-rahkan segenap kebaikan urusannya hanya kepada Allah, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan membalasnya dengan yang lebih indah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.” (Al-Baqarah: 155 – 156).
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Itulah hakikat kesabaran yang intinya adalah teguh bertahan sekokoh-kokohnya dalam memperkuat jiwa, kemudian memperjuangkan segenap kemampuan jiwanya itu dalam menempuh keridhaan Allah, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya dalam kondisi apa pun.
Kesabaran yang demikian itulah yang disediakan bagi penyandangnya berbagai kemuliaan, keagungan, ketinggian derajat, kekuasaan, bahkan berbagai balasan yang dijanjikan oleh Allah dalam Firman-firmanNya,
Mari kita simak beberapa pujian dan balasan yang disediakan dan diberikan kepada orang-orang yang bersabar, yang kita kutip dari Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
1. Allah akan mengantarkannya menuju kepada keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).
2. Pahala orang-orang yang bersabar akan dilipatgandakan dengan hitungan yang tanpa batas. Sebagaimana yang diperkuat oleh Firman Allah :
قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَاحَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah ke-pada Rabbmu.’Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mem-peroleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (Az-Zumar: 10).
3. Mencapai kejayaan dan kepemimpinan, sebab tanpa kesabaran, cita-cita yang sudah di depan mata dan sedikit lagi akan tergapai menjadi sirna dan hilang. Cobalah perhatikan pemimpin-pemimpin besar dunia, mereka adalah orang-orang yang gigih memperjuangkan cita-citanya, di samping senjata utama yang tidak pernah lekang dari mereka yaitu kesabaran menghadapi berbagai rintangan yang menghadang mereka.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajadah: 24).
4. Dengan kesabaran, kekuatan akan selalu bersanding ber-samanya, kemenangan akan selalu hadir di hadapannya, dan pertolongan Allah akan selalu menyertainya. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46).
5. Kesabaran merupakan perisai kokoh dan tangguh, yang dapat digunakan menangkal berbagai makar yang diluncurkan musuh, bahkan dengan kesabaran itu, makar-makar musuh akan menjadi lemah dan tak mempunyai daya serang yang berarti.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةُُ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةُُ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطُُ
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit-pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120).
6. Sebagai penghormatan yang sangat istimewa bagi para penyabar. Dikarenakan ketangguhan mereka di dalam bersabar, maka para malaikat menyambut dan mengucapkan salam kepada mereka.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“(Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23 – 24).
7. Menjadi golongan yang dicintai Allah merupakan cita-cita dan tujuan seorang mukmin, maka dengan kesabaran, kecintaan Allah Subhanahu Wata’ala dengan sendirinya tersandang kepadanya.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَآأَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan berapa banyak nabi yang berperang, bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146).
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang akan diperoleh oleh seorang penyabar, yang tidak memungkinkan bagi khatib untuk menyebutkan satu persatu dan merincinya dengan detil pada khutbah ini, tapi di antara keutamaan-keutamaan itu adalah mencapai puncak derajat tertinggi dan kebaikan yang paling agung di dunia maupun akhirat, mendapat kejayaan dan keberuntungan, jauh dari kerugian dan penyesalan, diistimewakan oleh Allah bersama para dermawan yang penuh cinta kasih, dan dimasukkan ke dalam golongan Kanan (أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ), serta dapat memperkuat sendi-sendi keislamannya dengan kesabarannya tersebut.
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Itulah berbagai kemuliaan, keutamaan yang dikaruniakan, pahala yang tiada terhitung, kemudian ampunan dan surga yang pasti akan diperoleh orang-orang yang bersabar.
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.
“Tidaklah menimpa seorang Muslim dari keletihan atau penyakit, kecemasan, kesedihan, penderitaan, tidak pula duka cita, sampai pada duri yang menusuknya, kecuali Allah meleburkan dengannya dari dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari: 5641 – 5642; Muslim: 2573).
Bahkan Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam meriwayatkan satu hadits Qudsi yang beliau riwayatkan dari Sang Maha Penyabar, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
إذا ابْتَلَيْتُ عَبْدِيْ بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ.
“Bila Aku menguji hambaKu dengan kedua kekasihnya (matanya) kemudian bersabar, maka Aku ganti baginya dengan surga.” (HR. al-Bukhari : 5653).
Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!
Itulah keutamaan kesabaran, maka marilah kita memohon taufik dan inayahNya, semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua se-bagai hambaNya yang penyabar.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Hadirin Rahimakumullah!
Kesabaran adalah kebahagiaan hidup yang sesungguhnya, beberapa orang sahabat radiyallahu ‘anhum datang memohon sesuatu kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam, beliau memberinya, maka mereka datang memohon lagi, Rasul Sallallahu ‘Alahi Wasallam memberi lagi, kemudian mereka datang lagi, beliau Sallallahu ‘Alahi Wasallam memberi lagi, sampai akhirnya beliau kehabisan sesuatu untuk diberikan kepadanya, kemudian beliau Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
مَا يَكُوْنُ عِنْدِيْ مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ الله ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ الله ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ.
“Tidak ada suatu benda berharga pun yang aku sembunyikan dari kalian semua, maka siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya. Siapa yang mencukupkan diri (dari meminta-minta), maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang menyabar-kan dirinya, maka Allah akan menjadikannya bersabar. Dan tidaklah seseorang mendapat karunia yang lebih baik dan lebih luas melebihi dari kesabaran.” (HR. al-Bukhari-Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri).
Kesabaran itulah perhiasan akhlak yang harus kita mohonkan kepada Allah, Sayyidina Umar radiyallahu ‘anhu berkata :
وَجَدْنَا خَيْرَ عَيْشِنَا بِالصَّبْرِ.
“Kita temukan sebaik-baik kehidupan kita adalah dengan kesabaran.”
Maka marilah kita memohon tambahan kokohnya kesabaran itu dengan menambah ilmu tentang keutamaan kesabaran dan menambah kokohnya iman kita tentang sifat, anugerah dan janji-janji Allah serta kehidupan dan balasan di akhirat kelak.
وَاصْبِرْ وَمَاصَبْرُكَ إِلاَّبِاللهِ وَلاَتَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَتَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ . إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“Bersabarlah (hai Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 127-128).
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
BACA SELENGKAPNYA »»  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...