Di hari Jumat, tanggal 9 Maret lalu, salah satu tokoh dalam perekonomian Indonesia, Prof Dr Widjojo Nitisastro , tutup usia. Laki-laki kelahiran Malang, Jawa Timur ini dikenal sebagai arsitek utama perekonomian di masa orde baru. Berkaitan dengan perekonomian orde baru ini, Prof Dr Widjojo Nitisastro punya julukan tersendiri, yaitu pemimpin ‘Mafia Berkeley’. Sebenarnya, apa dan bagaimana sih Mafia Berkeley itu? Jika istilah mafia biasa diidentikkan dengan organisasi kriminal yang mempunyai struktur dan kode etik di kalangan mereka sendiri, tidak begitu halnya dengan Mafia Berkeley. Jadi, jika berbicara soal Mafia Berkeley, jangan sekali-kali berpikir tentang dunia mafia seperti dalam novel The Godfather ya.
,
Dulu Hingga Kini Istilah Mafia Berkeley mulai populer lewat sebuah artikel yang diterbitkan majalah Ramparts tahun 1970. Artikel yang ditulis David Ransom ini mengulas tentang perpolitikan dan kondisi rakyat Indonesia di tahun 1960-an. David Ransom dikenal sebagai seorang aktivis-penulis ‘kiri’ Amerika Serikat. Nah, istilah Mafia Berkeley yang dicetuskannya dalam artikel tersebut merujuk pada sekelompok akademis lulusan University of California di Berkeley yang dibiayai oleh Ford Fondation. Ekonom-ekonom Indonesia lulusan University of California ini menjadi arsitek utama perekonomian Indonesia di tahun 1960-an. Generasi awal Mafia Berkeley diantaranya Prof. Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, JB Soemarlin, Adrianus Mooy, dan masih banyak lagi. David Ransom menyebut para ekonom tersebut sebagai ‘mafia’ karena pemikiran mereka dianggap sebagai bagian dari rencana CIA untuk membuat Indonesia menjadi boneka Amerika, yakni dengan jalan menanamkan paham ekonomi liberalisme. Mafia Berkeley Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini Tokoh-tokoh yang dianggap kelompok Mafia Berkeley di tahun 70-an
Pada pertengahan tahun 1960, perekonomian Indonesia sangat terpuruk. Inflasi mencapai 600 persen, devisa tidak ada, kemiskinan makin meluas, dan persediaan pangan pun kurang. Pada masa-masa sulit inilah, kelompok ekonom yang dijuluki Mafia Berkeley memainkan peranan cukup penting. Mereka meyakinkan Presiden Soeharto pada saat itu, bahwa untuk memperbaiki ekonomi Indonesia hanya dapat ditempuh dengan menghormati hukum-hukum ekonomi, menyehatkan peran mekanisme pasar, dan membuka pintu bagi perkembangan dunia. Atas saran mereka, Soeharto kemudian mengumumkan program untuk menstabilisasi dan merehabilitasi ekonomi Indonesia. Dan ternyata efek program tersebut berlangsung cepat. Inflasi dapat dikendalikan, penanaman modal asing dan dalam negeri melonjak, kredibilitas bank-bank negara pulih, dan produksi secara keseluruhan meningkat. Namun, kebijakan-kebijakan ekonomi dengan pendekatan liberal yang cenderung membuat Indonesia lebih didominasi asing membuat kelompok Mafia Berkeley menuai banyak kritik. , Dulu Hingga Kini Mohammad Hatta, menentang kebijakan ekonomi liberal Kritik datang dari kaum cendikiawan pada masa itu seperti Mohammad Hatta, Sarbini Sumawinata, Soedjatmoko, dan Mochtar Lubis. Menurut penilaian mereka, kebijakan-kebijakan yang diambil sudah terlalu jauh membawa Indonesia dalam liberalisme ekonomi. Dari masa ke masa, pengaruh kelompok Mafia Berkeley dalam kebijakan ekonomi di Indonesia masih terlihat, meski mengalami pasang surut. Dan seiring itu pula, kritik demi kritik berdatangan. Sudharmono, Ginanjar Kartasasmita dan BJ Habibie juga termasuk tokoh-tokoh besar yang tidak sepakat dengan kebijakan-kebijakan liberal mereka. srimulyani
Sri Mulyani, dianggap salah satu dari generasi Mafia Berkeley masa kini Hingga hari ini, kebijakan-kebijakan berhaluan liberal dalam perekonomian Indonesia masih sangat jelas terasa. Liberalisasi perdagangan dan keuangan, privatisasi aset negara pada pihak swasta maupun pemerintah asing dan pencabutan berbagai macam subsidi adalah contoh nyata-nya. Untuk yang terakhir disebutkan, tampaknya sedang marak menuai protes dari berbagai kalangan di seluruh penjuru negeri. Boediono, Sri Mulyani Indrawati, Mari Pangestu, Anggito Abimanyu, Chatib Basri dan Raden Pardede adalah beberapa dari sederetan nama yang dituding sebagai generasi Mafia Berkeley masa kini. Terlepas dari pembicaraan tentang pengaruh Mafia Berkeley ini, kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah saat ini memang belum bisa membuat rakyat puas. Ungkapan kekecewaan rakyat terdengar di mana-mana. Kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat hingga saat ini masih jadi idaman.
ya, apa dan bagaimana
sih Mafia Berkeley itu? Jika istilah mafia biasa diidentikkan dengan
organisasi kriminal yang mempunyai struktur dan kode etik di kalangan
mereka sendiri, tidak begitu halnya dengan Mafia Berkeley. Jadi, jika
berbicara soal Mafia Berkeley, jangan sekali-kali berpikir tentang dunia
mafia seperti dalam novel The Godfather ya.
as Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Istilah Mafia Berkeley mulai populer lewat sebuah artikel yang
diterbitkan majalah Ramparts tahun 1970. Artikel yang ditulis David
Ransom ini mengulas tentang perpolitikan dan kondisi rakyat Indonesia di
tahun 1960-an. David Ransom dikenal sebagai seorang aktivis-penulis
‘kiri’ Amerika Serikat. Nah, istilah Mafia Berkeley yang dicetuskannya
dalam artikel tersebut merujuk pada sekelompok akademis lulusan
University of California di Berkeley yang dibiayai oleh Ford Fondation.
Ekonom-ekonom Indonesia lulusan University of California ini menjadi
arsitek utama perekonomian Indonesia di tahun 1960-an.
Generasi awal Mafia Berkeley diantaranya Prof. Widjojo Nitisastro, Ali
Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, JB Soemarlin, Adrianus Mooy,
dan masih banyak lagi. David Ransom menyebut para ekonom tersebut
sebagai ‘mafia’ karena pemikiran mereka dianggap sebagai bagian dari
rencana CIA untuk membuat Indonesia menjadi boneka Amerika, yakni dengan
jalan menanamkan paham ekonomi liberalisme.
Mafia Berkeley Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Tokoh-tokoh yang dianggap kelompok Mafia Berkeley di tahun 70-an
Pada pertengahan tahun 1960, perekonomian Indonesia sangat terpuruk.
Inflasi mencapai 600 persen, devisa tidak ada, kemiskinan makin meluas,
dan persediaan pangan pun kurang. Pada masa-masa sulit inilah, kelompok
ekonom yang dijuluki Mafia Berkeley memainkan peranan cukup penting.
Mereka meyakinkan Presiden Soeharto pada saat itu, bahwa untuk
memperbaiki ekonomi Indonesia hanya dapat ditempuh dengan menghormati
hukum-hukum ekonomi, menyehatkan peran mekanisme pasar, dan membuka
pintu bagi perkembangan dunia.
Atas saran mereka, Soeharto kemudian mengumumkan program untuk
menstabilisasi dan merehabilitasi ekonomi Indonesia. Dan ternyata efek
program tersebut berlangsung cepat. Inflasi dapat dikendalikan,
penanaman modal asing dan dalam negeri melonjak, kredibilitas bank-bank
negara pulih, dan produksi secara keseluruhan meningkat. Namun,
kebijakan-kebijakan ekonomi dengan pendekatan liberal yang cenderung
membuat Indonesia lebih didominasi asing membuat kelompok Mafia Berkeley
menuai banyak kritik.
muhammad hatta22 Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Mohammad Hatta, menentang kebijakan ekonomi liberal
Kritik datang dari kaum cendikiawan pada masa itu seperti Mohammad
Hatta, Sarbini Sumawinata, Soedjatmoko, dan Mochtar Lubis. Menurut
penilaian mereka, kebijakan-kebijakan yang diambil sudah terlalu jauh
membawa Indonesia dalam liberalisme ekonomi. Dari masa ke masa, pengaruh
kelompok Mafia Berkeley dalam kebijakan ekonomi di Indonesia masih
terlihat, meski mengalami pasang surut. Dan seiring itu pula, kritik
demi kritik berdatangan. Sudharmono, Ginanjar Kartasasmita dan BJ
Habibie juga termasuk tokoh-tokoh besar yang tidak sepakat dengan
kebijakan-kebijakan liberal mereka.
srimulyani Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Sri Mulyani, dianggap salah satu dari generasi Mafia Berkeley masa
kini
Hingga hari ini, kebijakan-kebijakan berhaluan liberal dalam
perekonomian Indonesia masih sangat jelas terasa. Liberalisasi
perdagangan dan keuangan, privatisasi aset negara pada pihak swasta
maupun pemerintah asing dan pencabutan berbagai macam subsidi adalah
contoh nyata-nya. Untuk yang terakhir disebutkan, tampaknya sedang marak
menuai protes dari berbagai kalangan di seluruh penjuru negeri.
Boediono, Sri Mulyani Indrawati, Mari Pangestu, Anggito Abimanyu, Chatib
Basri dan Raden Pardede adalah beberapa dari sederetan nama yang
dituding sebagai generasi Mafia Berkeley masa kini.
Terlepas dari pembicaraan tentang pengaruh Mafia Berkeley ini,
kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah saat ini memang belum bisa
membuat rakyat puas. Ungkapan kekecewaan rakyat terdengar di mana-mana.
Kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat hingga saat ini masih jadi
idaman.
uniqtekno
Microsoft Pensiunkan Windows Live Messenger dan Beralih ke Skype
Microsoft Pensiunkan Windows Live Messenger dan Beralih ke Skype
Gadget
Mobile
Event
uniqgear
Maserati Quattroporte 2014, Mesin Garang Berdesain Indah
Maserati Quattroporte 2014, Mesin Garang Berdesain Indah
News
Concept Cars
New Cars
Classic Cars
« Anak Presiden Prancis Jahili Polwan dari Balik Tembok Istana
Konser Lady Gaga Haram?? »
Posting Terkait
Post 7 Kelompok Mafia Terbesar di Dunia
21 December 201126528
Post Situs Judi Online Kakakdewa.Com Dulu Digerebek, Kini Under
Maintenance?
16 April 201224918
Today Dinyatakan Mati Otak Oleh 4 Dokter, Steven Thorpe Menentang
Prediksi Tersebut dan Masih Sehat Hingga Kini
25 April 201211520
Entertaintment Festival Film Jerman 2012 Kini Tayang di Indonesia
12 January 201212782
Today Beberapa Hewan Mempunyai Umur Panjang, Bahkan Hingga 200 Tahun
5 July 201212210
Lifestyle Kampung Manusia Pasir, Mulai dari Bermain Hingga Tidur di
lakukan di Atas Pasir
6 November 2012920
Today Twitter Bird Kini Tanpa Jambul
8 June 20125100
Science Kini Kita Bisa Tahu Apa yang Menyebabkan Mumi Mati
30 July 20128980
Read more at http://uniqpost.com/35502/mafia-berkeley-dulu-hingga-kini/
Read more at http://uniqpost.com/35502/mafia-berkeley-dulu-hingga-kini/
Di hari Jumat, tanggal 9
Maret lalu, salah satu tokoh dalam perekonomian Indonesia, Prof Dr
Widjojo Nitisastro , tutup usia. Laki-laki kelahiran Malang, Jawa Timur
ini dikenal sebagai arsitek utama perekonomian di masa orde baru.
Berkaitan dengan perekonomian orde baru ini, Prof Dr Widjojo Nitisastro
punya julukan tersendiri, yaitu pemimpin ‘Mafia Berkeley’.
Sebenarnya, apa dan bagaimana sih Mafia Berkeley itu? Jika istilah mafia
biasa diidentikkan dengan organisasi kriminal yang mempunyai struktur
dan kode etik di kalangan mereka sendiri, tidak begitu halnya dengan
Mafia Berkeley. Jadi, jika berbicara soal Mafia Berkeley, jangan
sekali-kali berpikir tentang dunia mafia seperti dalam novel The
Godfather ya.
as Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Istilah Mafia Berkeley mulai populer lewat sebuah artikel yang
diterbitkan majalah Ramparts tahun 1970. Artikel yang ditulis David
Ransom ini mengulas tentang perpolitikan dan kondisi rakyat Indonesia di
tahun 1960-an. David Ransom dikenal sebagai seorang aktivis-penulis
‘kiri’ Amerika Serikat. Nah, istilah Mafia Berkeley yang dicetuskannya
dalam artikel tersebut merujuk pada sekelompok akademis lulusan
University of California di Berkeley yang dibiayai oleh Ford Fondation.
Ekonom-ekonom Indonesia lulusan University of California ini menjadi
arsitek utama perekonomian Indonesia di tahun 1960-an.
Generasi awal Mafia Berkeley diantaranya Prof. Widjojo Nitisastro, Ali
Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, JB Soemarlin, Adrianus Mooy,
dan masih banyak lagi. David Ransom menyebut para ekonom tersebut
sebagai ‘mafia’ karena pemikiran mereka dianggap sebagai bagian dari
rencana CIA untuk membuat Indonesia menjadi boneka Amerika, yakni dengan
jalan menanamkan paham ekonomi liberalisme.
Mafia Berkeley Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Tokoh-tokoh yang dianggap kelompok Mafia Berkeley di tahun 70-an
Pada pertengahan tahun 1960, perekonomian Indonesia sangat terpuruk.
Inflasi mencapai 600 persen, devisa tidak ada, kemiskinan makin meluas,
dan persediaan pangan pun kurang. Pada masa-masa sulit inilah, kelompok
ekonom yang dijuluki Mafia Berkeley memainkan peranan cukup penting.
Mereka meyakinkan Presiden Soeharto pada saat itu, bahwa untuk
memperbaiki ekonomi Indonesia hanya dapat ditempuh dengan menghormati
hukum-hukum ekonomi, menyehatkan peran mekanisme pasar, dan membuka
pintu bagi perkembangan dunia.
Atas saran mereka, Soeharto kemudian mengumumkan program untuk
menstabilisasi dan merehabilitasi ekonomi Indonesia. Dan ternyata efek
program tersebut berlangsung cepat. Inflasi dapat dikendalikan,
penanaman modal asing dan dalam negeri melonjak, kredibilitas bank-bank
negara pulih, dan produksi secara keseluruhan meningkat. Namun,
kebijakan-kebijakan ekonomi dengan pendekatan liberal yang cenderung
membuat Indonesia lebih didominasi asing membuat kelompok Mafia Berkeley
menuai banyak kritik.
muhammad hatta22 Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Mohammad Hatta, menentang kebijakan ekonomi liberal
Kritik datang dari kaum cendikiawan pada masa itu seperti Mohammad
Hatta, Sarbini Sumawinata, Soedjatmoko, dan Mochtar Lubis. Menurut
penilaian mereka, kebijakan-kebijakan yang diambil sudah terlalu jauh
membawa Indonesia dalam liberalisme ekonomi. Dari masa ke masa, pengaruh
kelompok Mafia Berkeley dalam kebijakan ekonomi di Indonesia masih
terlihat, meski mengalami pasang surut. Dan seiring itu pula, kritik
demi kritik berdatangan. Sudharmono, Ginanjar Kartasasmita dan BJ
Habibie juga termasuk tokoh-tokoh besar yang tidak sepakat dengan
kebijakan-kebijakan liberal mereka.
srimulyani Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Sri Mulyani, dianggap salah satu dari generasi Mafia Berkeley masa
kini
Hingga hari ini, kebijakan-kebijakan berhaluan liberal dalam
perekonomian Indonesia masih sangat jelas terasa. Liberalisasi
perdagangan dan keuangan, privatisasi aset negara pada pihak swasta
maupun pemerintah asing dan pencabutan berbagai macam subsidi adalah
contoh nyata-nya. Untuk yang terakhir disebutkan, tampaknya sedang marak
menuai protes dari berbagai kalangan di seluruh penjuru negeri.
Boediono, Sri Mulyani Indrawati, Mari Pangestu, Anggito Abimanyu, Chatib
Basri dan Raden Pardede adalah beberapa dari sederetan nama yang
dituding sebagai generasi Mafia Berkeley masa kini.
Terlepas dari pembicaraan tentang pengaruh Mafia Berkeley ini,
kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah saat ini memang belum bisa
membuat rakyat puas. Ungkapan kekecewaan rakyat terdengar di mana-mana.
Kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat hingga saat ini masih jadi
idaman.
Read more at http://uniqpost.com/35502/mafia-berkeley-dulu-hingga-kini/
Read more at http://uniqpost.com/35502/mafia-berkeley-dulu-hingga-kini/
Di hari Jumat, tanggal 9
Maret lalu, salah satu tokoh dalam perekonomian Indonesia, Prof Dr
Widjojo Nitisastro , tutup usia. Laki-laki kelahiran Malang, Jawa Timur
ini dikenal sebagai arsitek utama perekonomian di masa orde baru.
Berkaitan dengan perekonomian orde baru ini, Prof Dr Widjojo Nitisastro
punya julukan tersendiri, yaitu pemimpin ‘Mafia Berkeley’.
Sebenarnya, apa dan bagaimana sih Mafia Berkeley itu? Jika istilah mafia
biasa diidentikkan dengan organisasi kriminal yang mempunyai struktur
dan kode etik di kalangan mereka sendiri, tidak begitu halnya dengan
Mafia Berkeley. Jadi, jika berbicara soal Mafia Berkeley, jangan
sekali-kali berpikir tentang dunia mafia seperti dalam novel The
Godfather ya.
as Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Istilah Mafia Berkeley mulai populer lewat sebuah artikel yang
diterbitkan majalah Ramparts tahun 1970. Artikel yang ditulis David
Ransom ini mengulas tentang perpolitikan dan kondisi rakyat Indonesia di
tahun 1960-an. David Ransom dikenal sebagai seorang aktivis-penulis
‘kiri’ Amerika Serikat. Nah, istilah Mafia Berkeley yang dicetuskannya
dalam artikel tersebut merujuk pada sekelompok akademis lulusan
University of California di Berkeley yang dibiayai oleh Ford Fondation.
Ekonom-ekonom Indonesia lulusan University of California ini menjadi
arsitek utama perekonomian Indonesia di tahun 1960-an.
Generasi awal Mafia Berkeley diantaranya Prof. Widjojo Nitisastro, Ali
Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, JB Soemarlin, Adrianus Mooy,
dan masih banyak lagi. David Ransom menyebut para ekonom tersebut
sebagai ‘mafia’ karena pemikiran mereka dianggap sebagai bagian dari
rencana CIA untuk membuat Indonesia menjadi boneka Amerika, yakni dengan
jalan menanamkan paham ekonomi liberalisme.
Mafia Berkeley Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Tokoh-tokoh yang dianggap kelompok Mafia Berkeley di tahun 70-an
Pada pertengahan tahun 1960, perekonomian Indonesia sangat terpuruk.
Inflasi mencapai 600 persen, devisa tidak ada, kemiskinan makin meluas,
dan persediaan pangan pun kurang. Pada masa-masa sulit inilah, kelompok
ekonom yang dijuluki Mafia Berkeley memainkan peranan cukup penting.
Mereka meyakinkan Presiden Soeharto pada saat itu, bahwa untuk
memperbaiki ekonomi Indonesia hanya dapat ditempuh dengan menghormati
hukum-hukum ekonomi, menyehatkan peran mekanisme pasar, dan membuka
pintu bagi perkembangan dunia.
Atas saran mereka, Soeharto kemudian mengumumkan program untuk
menstabilisasi dan merehabilitasi ekonomi Indonesia. Dan ternyata efek
program tersebut berlangsung cepat. Inflasi dapat dikendalikan,
penanaman modal asing dan dalam negeri melonjak, kredibilitas bank-bank
negara pulih, dan produksi secara keseluruhan meningkat. Namun,
kebijakan-kebijakan ekonomi dengan pendekatan liberal yang cenderung
membuat Indonesia lebih didominasi asing membuat kelompok Mafia Berkeley
menuai banyak kritik.
muhammad hatta22 Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Mohammad Hatta, menentang kebijakan ekonomi liberal
Kritik datang dari kaum cendikiawan pada masa itu seperti Mohammad
Hatta, Sarbini Sumawinata, Soedjatmoko, dan Mochtar Lubis. Menurut
penilaian mereka, kebijakan-kebijakan yang diambil sudah terlalu jauh
membawa Indonesia dalam liberalisme ekonomi. Dari masa ke masa, pengaruh
kelompok Mafia Berkeley dalam kebijakan ekonomi di Indonesia masih
terlihat, meski mengalami pasang surut. Dan seiring itu pula, kritik
demi kritik berdatangan. Sudharmono, Ginanjar Kartasasmita dan BJ
Habibie juga termasuk tokoh-tokoh besar yang tidak sepakat dengan
kebijakan-kebijakan liberal mereka.
srimulyani Mafia Berkeley, Dulu Hingga Kini
Sri Mulyani, dianggap salah satu dari generasi Mafia Berkeley masa
kini
Hingga hari ini, kebijakan-kebijakan berhaluan liberal dalam
perekonomian Indonesia masih sangat jelas terasa. Liberalisasi
perdagangan dan keuangan, privatisasi aset negara pada pihak swasta
maupun pemerintah asing dan pencabutan berbagai macam subsidi adalah
contoh nyata-nya. Untuk yang terakhir disebutkan, tampaknya sedang marak
menuai protes dari berbagai kalangan di seluruh penjuru negeri.
Boediono, Sri Mulyani Indrawati, Mari Pangestu, Anggito Abimanyu, Chatib
Basri dan Raden Pardede adalah beberapa dari sederetan nama yang
dituding sebagai generasi Mafia Berkeley masa kini.
Terlepas dari pembicaraan tentang pengaruh Mafia Berkeley ini,
kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah saat ini memang belum bisa
membuat rakyat puas. Ungkapan kekecewaan rakyat terdengar di mana-mana.
Kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat hingga saat ini masih jadi
idaman.
Read more at http://uniqpost.com/35502/mafia-berkeley-dulu-hingga-kini/
Read more at http://uniqpost.com/35502/mafia-berkeley-dulu-hingga-kini/