HAMA TANAMAN CABAI
Hama Gangsir (Brachytrypes portentosus)
Brachytrypes portentosus
Hama ini menyerang
tanaman cabai muda yang baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan
pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam
tanah. Gangsir ini membuat liang di dalam tanah sampai kedalaman 90 cm.
Gangsir merusak tanaman cabai muda dengan cara memotong pangkal batang
tapi tidak memakannya. Pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran
sebanyak 1gram pada lubang tanam.
Hama Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Agrotis ipsilon
Agrotis ipsilon
Hama jenis ini menyerang tanaman
cabai muda pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di
dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman
cabai muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat
pemotong. Pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak
1gram pada lubang tanam atau pemberian umpan beracun, yaitu dedak yang
diberi insektisida berbahan aktif metomil, kemudian diberikan pada
lubang tanam pada sore hari. Pemberian umpan beracun cukup efektif untuk
mengendalikan
Agrotis ipsilon.
Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Spodoptera litura
Spodoptera litura
Hama ini menyerang bagian daun
tanaman cabai secara bergerombol. Daun yang terserang berlubang dan
meranggas. Pada serangan parah, daun tanaman cabai hanya tinggal
eidermis saja. Ulat grayak disebut juga dengan nama ulat tentara.
Seperti halnya jenis hama ulat lain, hama ini menyerang tanaman cabai
pada malam hari, sedang siang harinya beresembunyi di balik mulsa atau
di dalam tanah. Hama ini bersifat polifag. Pengendalian kimiawi
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
Hama Ulat Buah (Helicoverpa sp)
Helicoverpa sp
Helicoverpa sp
Hama ulat buah pada tanaman cabai
adalah Helicoverpa sp. Hama ini menyerang buah cabai muda maupun tua
dengan cara membuat lubang dan memakannya. Ulat buah bersifat polifag.
Pengendalian hama ulat buah dengan cara penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos,
metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Hama Thrips (Thrips parvispinus)
Thrips parvispinus
Thrips parvispinus
Thrips parvispinus
merupakan hama utama tanaman cabai. Serangan hama thrips ditandai dengan
adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman cabai. Hama ini lebih
suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan daun tanaman cabai
mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Hama thrips berkembangbiak
secara partenogenesis (tak kawin) sehingga populasinya berkembang
sangat cepat. Selain bersifat polifag, hama thrips juga merupakan
serangga vektor penular berbagai macam virus tanaman. Pengendalian hama
ini dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin,
tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
HAMA THRIPS SECARA UMUM
Hama
thrips sangat mudah ditemukan di areal pertanaman. Bentuk tubuhnya
langsing dengan panjang 1-2 mm, berwarna hitam dengan bintik-bintik atau
garis merah. Telur thrips berbentuk oval. Telur menetas menjadi nimfa,
tidak bisa terbang dan hanya meloncat-loncat. Thrips muda (nimfa)
biasanya berwarna agak keputihan, kekuningan, hingga kemerahan. Serangga
dewasa (imago) berwarna kuning pucat, coklat atau hitam. Thrips akan
berubah warna menjadi lebih gelap pada suhu rendah. serangga betina
memiliki dua pasang sayap kecil dan terdapat rambut berumbai di bagian
samping tubuhnya, sedangkan serangga jantannya tidak bersayap. Thrips
memiliki mulut asimetris yang berfungsi untuk menusuk dan menghisap
tanaman, terutama pada bagian daun muda, kuncup atau tunas, bunga, dan
buah muda. Masing-masing tanaman memiliki ketahanan yang berbeda
terhadap spesies thrips, tergantung pada ketebalan epidermisnya.
Bagian tanaman yang dihisap cairannya akan menampakkan bercak berwarna
putih keperakan yang selanjutnya bercak berubah warna menjadi
kecoklatan. Pada serangan parah, daun tanaman tampak menggulung dan
mengeriting. Kebanyakan spesies thrips mengeluarkan embun madu yang
berpotensi mengundang datangnya serangan cendawan jelaga.
Pada kelembaban udara 70% dan suhu 27-32°C thrips berkembang biak sangat
cepat karena pada kondisi demikian akan memicu produksi homon seks
sehingga terjadi perkawinan masal, selain thrips itu sendiri mampu
bereproduksi secara partenogenesis. Saat musim kemarau, jumlah populasi
meningkat dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Tekanan air hujan
yang besar mampu menghanyutkan thrips. Penyebaran hama thrips dari satu
tanaman ke tanaman lain berlangsung sangat cepat dengan bantuan angin
maupun manusia.
Baca Selengkapnya
Hama Kutu Daun (Myzus persiceae)
Myzus persiceae
Hama kutu daun pada tanaman cabai
adalah Myzus persiceae. Hama ini mengisap cairan tanaman cabai terutama
pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut.
Serangan parah menyebabkan daun tanaman mengalami klorosis(kuning),
menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman cabai menjadi kerdil.
Pengendalian hama ini dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Bemisia tabaci
Hama kutu kebul pada tanaman cabai
adalah Bemisia tabaci. Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya
diselimuti serbuk putih seperti lilin. Hama kutu kebul menyerang dan
menghisap cairan daun tanaman sehingga sel-sel dan jaringan daun tanaman
rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida
berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Hama Tungau (Mite)
Tetranychus cinnabarinus
Tetranychus cinnabarinus
Polyphagotarsonemus lotus
Polyphagotarsonemus lotus
Hama tungau pada tanaman
cabai adalah tungau kuning (Polyphagotarsonemus lotus) dan tungau merah
(Tetranychus cinnabarinus). Tungau bersembunyi di balik daun dan
menghisap cairan daun tanaman. Daun tanaman cabai terserang berwarna
kecoklatan dan terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat
benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian hama tungau
dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif propargit,
dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau
fenpropatrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
HAMA TUNGAU SECARA UMUM
Tungau
adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang menjadi anggota
superordo Acarina. Tungau berbeda dengan serangga (Insecta), tetapi
lebih dikategorikan pada laba-laba. Hingga saat ini terdapat puluhan
jenis tungau yang sudah ditemukan, tetapi taksonomi tungau belum stabil
karena masih ditemukan banyak perubahan.
Dalam kondisi kering dengan suhu optimal 27° C tungau dapat menetas
dalam waktu 3 hari, dan menjadi dewasa secara seksual dalam waktu 5
hari. Satu ekor tungau betina dapat bertelur hingga 20 butir per hari
dan dapat hidup selama 2-4 minggu dan dapat meletakkan ratusan telur.
Seekor tungau betina tunggal dapat menurunkan populasi hingga satu juta
ekor tungau dalam waktu satu bulan. Tingkat reproduksi yang sangat cepat
memungkinkan populasi tungau untuk beradaptasi dan melawan pestisida,
sehingga metode pengendalian secara kimia menjadi kurang efektif ketika
pestisida dengan bahan aktif yang sama digunakan dalam jangka waktu yang
lama.
Tungau betina bersifat diploid tungau sedangkan tungau jantan bersifat
haploid. Artinya, tungau betina merupakan keturunan dari telur yang
dibuahi oleh tungau jantan, sendangkan tungau jantan merupakan keturunan
dari telur yang tidak dibuahi. Ketika melakukan perkawinan, tungau
betina akan menghindari terjadinya pembuahan pada beberapa butir telur
untuk menghasilkan tungau jantan. Telur yang dibuahi akan menghasilkan
betina diploid. Sementara telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan
tungan jantan haploid.
Baca Selengkapnya
Hama Lalat Buah (Dacus dorsalis)
Dacus dorsalis
Hama lalat buah pada tanaman cabai
adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang dengan cara
menyuntikkan telurnya ke dalam buah cabai, kemudian telur berubah
menjadi larva, telur-telur ini akhirnya menggerogoti buah cabai sehingga
buah cabai menjadi busuk. Pengendalian hama ini dapat menggunakan
perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan pada
botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau
dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal
nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil.
Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos,
metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
HAMA LALAT BUAH SECARA UMUM
Lalat
buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan
sayuran. Anggota ordo Diptera ini kerap menggagalkan panen yang dinanti
petani buah dan sayur. Sayuran seperti kubis dan seledri pun menjadi
target serangan. Bahkan saai ini serangan lalat buah meluas ke tanaman
hias adenium dan aglaonema.
Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil.
Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau
kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak
coklat kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan
pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut
Tephtridae-berarti bor-karena terdapat ovipositor pada lalat betina.
Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke dalam buah. Ovipositornya
terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.
Dengan ovipositornya, lalat buah betina menusuk kulit buah atau sayur
untuk meletakkan telurnya. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah
2-5 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva tersebut akan
membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih
kurang 4-7 hari. Larva yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di
atas tanah, kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berubah
menjadi pupa. Lama masa pupa 3-5 hari. Lalat dewasa keluar dari dalam
pupa, dan kurang dari satu menit langsung bisa terbang. Total daur
hidupnya antara 23-34 hari, tergantung cuaca. Dalam waktu satu tahun
lalat ini diperkirakan menghasilkan 8-10 generasi. Lalat buah sering
menyerang dan menghancurkan tanaman saat musim penghujan karena
kelembapan memicu pupa untuk keluar menjadi lalat dewasa.
Lalat betina menusuk buah atau sayur mengunakan ovipositornya untuk
meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas,
larva akan menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam.
Bila diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil
kehitaman bekas tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya
rontok. Lalat buah juga meletakkan telurnya tidak hanya di dalam buah,
tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang menjadi
benjolan seperti bisul sehingga buah yang dihasilkan kecil-kecil dan
menguning.
Sebagai contoh akan kita bahas serangan lalat buah pada tanaman cabai.
Pada buah cabai terserang terdapat luka tusukan dalam ukuran kecil,
seperti tertusuk jarum. Buah menjadi busuk lunak dan menghitam. Luka
akibat tusukan menimbulkan infeksi sekunder berupa busuk buah, baik yang
disebabkan oleh cendawan maupun bakteri. Buah cabai yang terkena
tusukan lalat buah ini akan rontok. Jika buah dibelah akan terlihat
biji-biji berwarna hitam dan terdapat belatung yang merupakan larva
lalat buah.
Baca selengkapnya
Hama Nematoda (Meloidogyne incognita)
Meloidogyne incognita
PENYAKIT TANAMAN CABAI
Penyakit Rebah Semai
Penyakit Rebah Semai
Penyakit ini menyerang
tanaman cabai disebabkan oleh cendawan Pythium debarianum dan
Rhizoctonia Solani. Penyakit rebah semai biasa menyerang tanaman cabai
pada fase pembibitan dan tanaman cabai muda setelah pindah tanam.
Cendawan ini tergolong patogen tular tanah. Serangan penyakit rebah
semai banyak terjadi pada suhu rendah serta tanah masam. Serangan pada
persemaian bisa mengakibatkan bibit tidak berkecambah atah tanaman cabai
tiba-tiba rebah. Pada pangkal batang terdapat infeksi cendawan berwarna
cokelat hitam kebasah-basahan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan
fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil,
kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan
aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis ½ dari
dosis terendah yang tertera pada kemasan.
Penyakit Layu Fusarium/Layu Bakteri
Layu Fusarium/Layu Bakteri
Layu Fusarium/Layu Bakteri
Layu Bakteri
Bakteri
penyebab layu pada tanaman cabai adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini
sering menggagalkan budidaya. Penyakit layu bakteri banyak ditemukan
pada areal budidaya cabai dataran rendah. Tanaman cabai terserang
mengalami kelayuan pada daun yang diawali dari daun-daun muda. Bila
batang, cabang atau pangkal batang tanaman cabai dibelah maka akan
terlihat berkas pembuluh pengangkut berwarna cokelat tua dan membusuk.
Pada umumnya sulit membedakan antara layu bakteri dan layu fusarium.
Cara untuk membedakan sebagai berikut, ambil air jernih, potong secara
melintang bagian tanaman cabai terserang, masukkan potongan tersebut ke
dalam air. Tunggu beberapa menit, bila dari potongan tersebut keluar
cairan berwarna putih, menyerupai asap, dapat dipastikan tanaman cabai
terserang layu bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara
lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman terserang,
saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air
menggenang di areal pertanaman cabai, melakukan penggiliran tanaman
serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan
antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam
oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat
diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40
hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah,
contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu pada tanaman cabai adalah
Fusarium oxysporum. Tanaman cabai terserang mengalami kelayuan dimulai
pada daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning.
Secara umum mirip dengan penyakit layu bakteri. Upaya pengendalian yang
dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan
tanaman terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi,
pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai, melakukan
penggiliran tanaman, serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan
fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb
hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat
persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan
pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan
dosis sesuai anjuran pada kemasan.
Penyakit Busuk Phytopthora (Phytopthora capsici)
Phytopthora infestans
Cendawan penyebab serangan
pada tanaman cabai adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini menyerang
semua bagian tanaman cabai. Batang tanaman cabai terserang ditandai
dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius
menyebabkan tanaman layu. Daun tanaman cabai terserang seperti tersiram
air panas. Buah cabai terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan
yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin,
asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau
tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit Busuk Kuncup (Choanephora cucurbitarum)
Choanephora cucurbitarum
Penyakit busuk kuncup
pada tanaman cabai adalah Choanephora cucurbitarum. Penyakit ini
menyerang bunga, tangkai bunga, pucuk dan ranting tanaman. Ranting
terserang akan berwarna coklat kehitaman, cepat menyebar sehingga
mematikan ujung tanaman, sedangkan bagian lainnya masih tegar.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan
aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida,
simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf, dan fungisida
kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb,
propineb, ziram, atau tiram. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit Bercak Cercospora (Cercospora capsici)
Cercospora capsici
Cendawan penyebabnya adalah
Cercospora capsici. Penyakit ini menyerang daun, tangkai buah batang dan
cabang tanaman. Gejala serangannya ditandai adanya bercak bulat kecil
kebasah-basah, bercak dapat meluas dengan diameter 0,5 cm, pusat bercak
berwarna pucat sampai putih dengan tepi berwarna lebih tua. Serangan
parah pada daun menyebabkan daun tanaman menguning dan gugur.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan
aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim,
difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.
Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit Bercak Bakteri (Xanthomonas campestris)
Xanthomonas campestris
Xanthomonas campestris
Penyakit ini menyerang
daun, buah dan batang tanaman cabai. Penyakit bercak bakteri dikenal
juga dengan sebutan Bacterial spot. Serangan pada daun tanaman cabai
terdapat bercak kecil kebasah-basahan kemudian menjadi nekrotis
kecoklatan pada bagian tengahnya. Serangan parah akan mengakibatkan daun
tanaman cabai gugur. Serangan pada buah cabai terdapat bercak putih
dikelilingi warna cokelat kehitaman. Pengendalian secara kimiawi dapat
dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga atau
bakterisida golongan antibiotik. Dosis/konsentrasi sesuai dengan
petunjuk pada kemasan.
Penyakit Patek (Antraknosa)
Colletotrichum capsici
Gloeosporium piperatum
Penyakit antraknosa
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium
piperatum. Penyakit ini sering juga diistilahkan dengan nama patek.
Colletotrichum capsici menginfeksi buah cabai dengan membentuk bercak
cokelat hitam kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan berat
menyebabkan buah cabai mengering keriput. Pada bagian tengah bercak
terdapat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan. Gloeosporium
piperatum menyerang tanaman cabai mulai buah cabai masih hijau. Biasanya
mengakibatkan mati ujung. Pada buah cabai terserang terlihat
bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada
bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang. Pada kondisi
lembab, cendawan membentuk lingkaran memusat berwarna merah jambu. Buah
cabai terserang harus dimusnahkan dari area penanaman. Pengamatan
terhadap tanaman harus dilakukan setiap hari, terutama pada saat musim
hujan. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik,
contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak
berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.
Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
Penyakit Virus
Penyakit Virus
Penyakit Virus
Virus yang menyerang tanaman cabai adalah
TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV dan PVY. Virus merupakan penyakit yang
sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau.
Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang
mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan.
Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit
ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau
penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus
diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia
dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat
pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya
penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma
berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular
virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang, kebersihan alat dan
memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan
penanganan terhadap tanaman.
PENYAKIT VIRUS SECARA UMUM
Virus
bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup pada inang yang
hidup. Virus tidak menyerap cairan atau nutrisi tanaman. Akan tetapi
virus menyerang dengan cara yang lebih ganas, yaitu memasuki sel inang
dan memperbanyak diri di dalamnya. Jika inangnya mati, maka virus
tersebut meninggalkan sel inangnya tersebut. Pemberantasan virus nyaris
tidak mungkin dilakukan karena virus sangat mudah bermutasi.
Pengendalian virus hanya dilakukan terhadap serangga vektor
penularannya.
Secara umum tanaman yang terinfeksi oleh virus menunjukkan beberapa
gejala yang biasanya terdapat daun, buah, batang, cabang, maupun akar.
Gejala tersebut ditunjukkan dengan ukuran yang mengecil, perubahan
bentuk atau bagian tanaman, perubahan warna, kematian jaringan tanaman
(misalnya bercak bercincin), dan tanaman mengalami hambatan pertumbuhan.
Jenis virus yang menyerang tanaman sangat banyak, beberapa diantaranya
adalah geminivirus, TMV, CMV, ChiVMV. Ketika tanaman pokok yang
dibudidayakan tidak ada di lahan, virus dapat bertahan hidup: pada bahan
biakan tanaman, vektor (serangga penular), gulma. Khusus TMV masih
hidup pada daun tembakau yang sudah kering atau jadi rokok.
Sumber serangan virus sangat banyak dan beragam. Bahan biakan (benih)
juga dapat menjadi sumber serangan virus, terutama untuk TMV dan CMV.
Selain itu, tanaman sakit di lapang, baik tanaman pokok yang
dibudidayakan, tanaman budidaya lain selain tanaman pokok, maupun gulma.
Bahkan ada gulma yang kadang-kadang tidak bergejala tetapi sudah
tertular. Tetapi yang sangat membahayakan adalah serangan serangga
penular (vektor) virus. Apalagi saat musim dalam kondisi yang optimal
untuk perkembangan serangga penular tersebut. Manusia juga bisa menjadi
perantara penularan virus, terutama untuk tanaman budidaya melalui
proses pelukaan tanaman saat sedang melakukan perawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar...